Mahbub, Bang Muhyiddin dan Cak Imin

510

Oleh : KH. Maman Imanulhaq (Pimpinan Pesantren Al-Mizan Jatiwangi Majalengka)

Tadi malam PMII Majalengka menggelar Syukur 57 PMII di Pondok Pesantren Al-Mizan.

Acara yang digagas Pengurus dan IKA PMII ini diisi sholawatan, santunan, testimoni dan launcing pembangunan Graha PMII.

Ketua IKA PMII Majalengka adalah Pengasuh Pesantren Al-Mizan, KH. Mas Zainal Muhyiddin. Ia adalah pendiri dan penggerak PMII Majalengka.

Saya tidak pernah ikut pengkaderan dari Gerakan Mahasiswa manapun, termasuk PMII. Dulu saya hanya aktif “pasaran” kitab kuning dari satu pesantren ke pesantren lain. Hingga nikah dan mendirikan Pesantren.

Saya mulai jadi “aktifis” setelah perkenalan dengan ide-ide Gus Dur tentang Islam Progessif, Demokrasi, HAM dan kearifan lokal di Fahmina, ANBTI, TIKAR dan KontraS.

Tapi saya beruntung. Jiwa PMII masuk dalam spirit perjuanganku melalui beberapa Orang yang pernah jadi Ketum PMII.

MAHBUB JUNAIDI,
adalah pigur penting yang menginspirasiku tuk berpikir kritis, menulis dan bergaul luas. Saya tidak pernah ketemu secara fisik. Gus Dur yang sering mengajak saya diskusi tokoh-tokoh Indonesia, salah satunya Mahbub.

Saya membaca buku kumpulan tulisan Mahbub di Kompas, Asal-Usul. Bahkan sudah ratusan buku itu saya gandakan untuk para tokoh dan kader PMII.

Kepada Kader PMII Majalengka saya tegaskan,

” Harus lahir Mahbub-Mahbub baru. Syaratnya harus jadi pembaca yang cerdas, kritis dan konsisten. Baik membaca realitas, buku, kajian ilmiah serta berdiskusi, berdebat dan bertarung gagasan. The Leader is The Reader”.

MUHYIDDIN ARUBUSMAN, adalah sahabat, kakak dan orang tua bagi banyak anak muda yang punya mimpi besar untuk melakukan perubahan di negeri ini.

Cucu terakhir Raja Ende, Arubusman ini tidak banyak bicara tapi jelas kalau memberi arahan dan tugas.

Saya beruntung dititipkan Gus Dur ke Abang. Sebelum menanggalkan, istilah Gus Dur, status “jomblo” nya, saya sering berdiskusi, minta ditraktir , dan dampingi Abang keliling Indonesia sebagai Dewan Syura DPP PKB.

Sosok sederhana itu wafat saat saya di Mekah. Air mata dan doa tak henti tuk Abang tercinta, ketua Umum PMII ke 5.

Tangan dingin Abang melahirkan kader militan yang selalu digembleng untuk bisa berkiprah di pentas nasional melebihi dirinya.

A. MUHAIMIN ISKANDAR adalah ketua umum DPP PKB. Beliau orang yang memberi ruang yang sangat lebar untuk berdiskusi, beraktifitas dan berinteraksi dengan dunia politik yg tanpa sudut.

Saya, belajar banyak dari Cucu pendiri NU Mbah KH. Bisri Syamsuri Denanyar. Terlepas dari hubungan kepartaian di mana beliau sebagai Ketua Umum dan saya sebagai anggota Fraksi PKB di DPR, bagi saya Cak Imin adalah Guru Politik yang tangguh dan cerdik, Kakak yang selalu mengingatkan nilai dan misi perjuangan Islam Pesantren, serta sahabat yang punya sense of Humor yang khas santri.

Banyak yang tidak tahu bagaimana Cak Imin kerap “Japri” hal-hal yang membuatku bahagia dan berkaca-kaca.

Saat puteraku, Hablie dirawat ada sms doa darinya, saat cucuku lahir ucapan selamat dari WA, nya bahkan perkembangan. Pesantrenku dipantau dan dibantunya.

Pemimpin tidak hanya menyentuh pikiran dan semangat kadernya, tapi juga jiwa dan sisi kemanusiaannya. Itu yang diajarkan Cak Imin.

Spirit Tiga Tokoh PMII itu yang harus dihadirkan dalam pikiran dan jiwa kader-kader PMII, terutama di Majalengka.

Saya, mendukung pembangunan Graha PMII dan program lain seperti gerakan literasi dan Socmed.

Selamat Harlah. Tangan Terkepal, Maju ke Muka. Saatnya rebut kekuasaan dengan politik kemashlahatan!!.

Al-Fatihah.

Jatiwangi, 22 April 2017