A.A. Achsien Aktivis Ansor Jawa Barat yang Terampil Menulis, Pengusaha, dan Politikus

164

A.A. Achsien adalah salah seorang aktivis Ansor pada era tahun 30-an. Aktivitasnya terdokumentasi pada kegiatan Ansor dan NU di Cirebon, Bandung, dan Purwakarta.

Meski demikian, menurut KH Saifuddin Zuhri, ia tidak tercatat sebagai pengurus baik di NU maupun di Ansor di Jawa Barat. Padahal, pada profil A.A. Achsien yang dirilis Partai NU, dituliskan bahwa ia pernah menjadi Sekretaris dan Wakil Ketua Konsul NU (setingkat dengan PWNU saat ini) Jawa Barat. Lalu sekitar 1955, ia menjadi penasihat NU Jawa Barat.

Hal ini sesuai dengan Ensiklopedia NU yang menyebutkan bahwa dia ditugaskan PBNU untuk menjadi konsul NU di Bandung. Bahkan, tahun 1941, menurut Sipatahoenan ia tercatat sebagai sekretaris NU Cabang Bandung. Setahun sebelumnya, pada 1940, Sipatahoenan mengabarkan ia tercatat sebagai Sekretaris Ansor Bandung pada berita berjudul Bestuur A.N.O. anjar.

Terlepas dari perbedaan informasi, yang jelas A.A. Achsin aktif dan pernah menjadi aktivis Ansor di Bandung. Sebagai bukti keaktifannya, ia menghadiri kegiatan-kegiatan NU dan Ansor di beberapa daerah di Jawa Barat. Pada salah satu edisi Sipatahoenan pada berita berjudul Propaganda avond ANO misalnya, memberitakan kehadirannya pada kegiatan Ansor Bandung:

Poekoel 9.30 voorzitter djrg. Ma’soem moeka pasamoan sakoemaha biasa. Tidinja disamboeng koe secretaris ANO nerangkeun sadjarah djeung toedjoeana ANO. Ditema deui koe djrg. A. A. Achsien noe biantarana teu koerang ti sadjam nerangkeun koemaha djalan-djalanna pikeun njebarkeun semangat A. N.O.

Berdasarkan berita di atas, perkumpulan pemuda Ansor NU mengadakan pertemuan propaganda (semacam pengenalan maksud dan tujuan perkumpulan) yang berlangsung di Madrasah NU Gang Sukahaji. Kegiatan tersebut diikuti kurang lebih 100 orang. Pada kesempatan itu, A.A. Achsien berbicara panjang lebar, hampir sejam, membahas bagaimana cara-caranya menyebarkan semangat Ansor.

Pemuda kelahiran Kudus, Jawa Tengah, ini dikenal terampil menulis berita dan cerita. Sebagai penulis berita, ia laporan-laporan jurnalistiknya dikirim untuk Swara Ansor, Terompet Pemuda, dan Seruan Kita. Ketiganya adalah majalah yang diterbitkan Ansor di Kudus, Surabaya, dan Jember. Ia juga menulis untuk media NU, Berita Nahdlatoel Oelama, milik PBNU. Tak heran, pada 1937, meskipun ia seorang Ansor daerah, tetapi sering dipanggil pimpinan pusat sehingga sering berada di kantor Ansor di Surabaya. Pada kongres ke-5 Ansor Surabaya misalnya, ia diberitakan Sipatahoenan sebagai anggota penyiaran untuk pers.

Achsien juga bisa dikatakan sebagai penulis sastra dalam bentuk cerita bersambung atau cerita pendek. Bahkan ia juga menulis novel Kudus di Waktu Malam yang diterbitkan majalah Tionghoa dan Melayu. Salah satu cerita pendeknya pernah menjadi bahan pembicaraan karena ditengarai mengkritik kalangan tertentu sebagaimana dilaporkan koran Pemandangan berjudul Tjeritera pendek…berekor.

A.A. Achsien juga memiliki watak sebagai pengusaha sebagaimana orang tuanya di Kudus. Oleh karena itu, ia pernah bekerja sama dengan KH Wahid Hasyim dan KH Zainul Arifin mendirikan perusahaan bernama Waras.

Selanjutnya, ia menapaki dunia politik dengan menjadi ketua Fraksi Partai NU pada tahun 1955 serta pernah menjadi Duta Besar Iran pada 1957-1960. Saat ia kembali ke tanah aiar, mengabdi kembali di NU dengan menjadi Wakil Sekretaris Jenderal PBNU pada masa kepemimpinan KH Idham Chalid masa khidmah 1962-1967. Selanjutnya aktif di Partai NU dengan menjadi wakil ketua dewan pimpinan. Ia meninggal di Bandung pada tahun 1979 pada usia 64 tahun.

(/Abdullah Alawi)