“BAGONG” dan Perkuwuan ***Bagian tiga

73

Dalam kajian ilmu2 sosial terdapat sebuah kekuatan maha dahsyat yg bernama sugesti, yakni sebuah upaya baik secara langsung maupun tidak untuk memengaruhi orang lain agar mereka berkenan melakukan apa yg dilakukan atau disarankan oleh dirinya.

Paling tidak, bila anda seorang salles marketing, maka kekuatan ini dapat anda lakukan guna memengaruhi pembeli supaya menjadi tertarik, simpati, dan jatuh cinta dengan produk atau jasa yang ditawarkan, kemudian mengambil sikap untuk membeli produk atau jasa tersebut. Sugesti merupakan salah satu prinsip paling halus dan paling kuat. Percaya atau tidak, anda dapat membuat seseorang mengiyakan dan menerima apa yang anda katakan tanpa melalui proses berfikir panjang sekalipun dengan menerapkan prinsip sugesti ini.

Mereka yang bergelut di dunia hipnosis pun kerap melakukan hal yang sama, bahkan merupakan keharusan. Menurut beberapa catatan, orang yang hendak menghipnosis seseorang, ia mesti terlebih dahulu ‘menetralisir’ pikiran seseorang (hampir sama dengan mengosongkan pikiran). Langkah selanjutnya adalah mensugesti pikiran orang tersebut dengan apapun yang sang penghipnotis inginkan.

Sugesti dalam dunia politik sangat dipengaruhi paling tidak oleh beberapa kondisi dan pelaku. Pertama ia akan begitu memengaruhi apabila seseorang pada kondisi tertentu mampu memainkan perannya dengan baik sebagai orang yang patut didengar, didukung, dan dihargai.

Adalah seorang yg bernama BAGONG dari golongan punakawan yg memiliki kemampuan ini. Ia begitu luar biasa dalam berbicara dan memengaruhi orang lain melalui kekuatan sugesti. Siapapun akan terkesima, terbujuk dan terhibur sekaligus olehnya, tak kecuali seorang kesatria dan raja sekalipun.

Alkisah pada suatu ketika BAGONG sedang duduk termenung dan bersedu sedan. Untuk menghadapi dan mengatasi rasa sedihnya itu BAGONG kemudian melakukan suatu perjalanan panjang hingga sampailah ia di Negara Pancalaradya. Nampaknya gerak gerik dia tak luput menjadi perhatian Drupadi (istri Prabu Puntadewa) yg saat itu sedang berada di situ dan melihatnya.

Melihat ekspresi muka Bagong yang bersedih hati, Drupadi kemudian menanyai Bagong ada apa gerangan bersedih. Kemudian tersentuhlah hati Dupradi. Ia pun dengan senang hati meminjamkan Pusaka “Jamus Kalimasada” serta “Kalung Robyong Maniking Warih” kepada Bagong.

Senang hati dan cerialah hati Bagong, namun dasar sifat Bagong, ia tidak pernah puas dengan itu, ia kemudian juga meminta kepada Prabu Drupadi untuk meninjamkan tahtanya jika tidak ia lakukan, maka ia akan membunuhnya. Akhirnya Drupadi pun meminjamkannya, dan Bagong pun menjadi seorang raja dengan gelar Prabu Jayapethakol.

Karena memang bukan trah bangsawan, pemerintahan yang dipegang oleh Bagong membuat negara Pancala semakin kacau balau yang membuat Prabu Kresna beserta Semar yang tengah mencari hilangnya BAGONG hingga sampai di negara yang ternyata sudah dikuasai Prabu Jayapethakol tersebut.

Selidik punya selidik atas kecurigaan dan gaya kewibawaan yang aneh dari raja dadakan tersebut yang saat itu hendak menyerang Astina, maka timbul pertentangan antara dirinya dengan Prabu Kresna. Terjadilah perang tanding antara keduanya.

Kresna kalah dalam pertempuran itu dan senjata Cakra andalannya pun tak mampu menghadapi kedigdayaan Prabu Jayapethakol.
Kemudian oleh Ki Lurah Semar, diperintahkanlah PETRUK dan GARENG untuk melawan dan mengeroyoknya. Lantaran serangan yang gencar dari kedua punakawan tersebut, akhirnya membuat sang Prabu kewalahan dan menunjukkan wujud aslinya sebagai BAGONG.

Melihat kejadian ini, akhirnya Ki Lurah Semar menghampiri tubuh BAGONG yg sudah tersudut dan dalam genggaman Kedua Punakawan, lalu menjewer telinga. BAGONG pun akhirnya mohon ampun dan berjanji tidak akan mengulangi perilakunya lagi.

***bersambung