“BAGONG” dibalik perkuwuan ***Bagian dua

155

Bicara soal kesaktian BAGONG, tidak banyak literasi menyebutkan soal ini, kecuali kepemilikan senjata utama berupa kudhi yg selalu ia bawa kemanapun. Kudi atau kudhi adalah alat bantu pekerjaan untuk membelah atau memotong benda keras, seperti parang. Sebagaimana parang, kudi hanya memiliki satu sisi tajam, berbentuk agak melengkung menyerupai celurit tetapi bagian pangkalnya membesar. Adalagi yg menganggapnya sebagai kembaran dari kujang, senjata khas jawa Barat. Asal kata “kujang” konon adalah “kudi hyang” atau “kudi milik dewa”.

Lepas soal ini, saya lebih memilih menyebutkan bahwa kesaktian BAGONG justru terdapat dalam watak atau kepribadian dirinya yg tak lain diwariskan dari leluhurnya, yakni Ki Lurah Semar.

Dalam pewayangan –Bacanya disaring yah, namanya jg wayang), alkisah konon ketika Semar tengah mendapat titah dari “Sang Hyang Tunggal” untuk turun ke dunia dan ditunjuk menjadi pamong kesatria Pandawa.
Namun kemudian, setelah mendapat kawan seperjalanan, yaitu Petruk dan Gareng,
sebelum turun Ki Lurah Semar meminta kepada “Sang Hyang Tunggal” untuk memberinya satu kawan lagi dengan maksud dan tujuan agar ia tidak kesepian.

Kemudian bersabdalah “Sang Hyang Tunggal” guna menciptakan seorang kawan bagi Semar dari bayangannya sendiri. Atas ijin Sang Hyang Tunggal, seketika bayangan Semar itu kemudian menjadi sebuah Makhluk yang kemudian diberi nama BAGONG.

BAGONG sendiri mempunyai sebuah arti dan makna, yakni “bergerak dengan mengambil gerak bayangan Semar”. Maka tidak heran jika wujud BAGONG sangat mirip dengan Ki Lurah Semar. Karakternya yg sederhana, memiliki ketabahan hati yang luar biasa, tahan menanggung malu, dirundung sedih, dan tidak mudah kaget serta heran jika menghadapi situasi yang genting maupun menyenangkan, jibles ada dalam diri BAGONG.

Hanya, dibalik penampilan BAGONG yg berlagak polos dan dungu, ia beradat lancang cenderung kurang mengerti tata krama. Suaranya besar dan menggema, gaya bicaranya ceplas-ceplos semaunya sendiri, ngalor ngidul tak jelas apa yg dibicarakan, banyak bercanda, bahkan saat menghadapi persoalan yg teramat serius sekalipun. Ia pintar membuat lelucon, bahkan terkadang saking lucunya, menjadi menjengkelkan. Meskipun demikian bagong dikenal sosok yg jujur, “to the point” mengkritisi kesalahan tanpa tedeng aling2 dan juga sakti dengan kudi sebagai senjata andalannya. Sehingga tak heran, meskipun menjengkelkan, ia termasuk punakawan yang dihormati, dipercaya dan mendapat tempat di hati para kesatria.

BAGONG yg sanguinis, cukup populis karena ia senang berbicara, ceria, ekstrovert, mudah beradaptasi dengan lingkungan, ramah, responsif dan cukup humoris sehingga acapkali menjadi fokus perhatian khalayak dan memiliki kepandaian dalam hal persuasif –dibaca mempengaruhi dan mengajak orang lain mengikuti ucapannya.

Karakternya yang fun, menyukai kesenangan, sehingga hal-hal yang dilakukannya memang berusaha untuk menyenangkan dirinya sendiri dan orang lain. Serta memiliki belas kasihan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Dalam helatan pilwu, sy kira akan elok rasanya bila para calon kuwu menjadikan point of view –titik fokus pendampingan oleh BAGONG tidak sembarangan, apalagi berbau mistik dan klenik yg hanya berefek pada “Global warning” atau “kegaduhan semesta” ala perang baratayudha (ha…ha…ha…), melainkan dgn cara yg santun dgn tidak melupakan filosofi karakter positif BAGONG dalam upaya menarik simpati dan dukungan suara. Tentunya tokoh kharismatik berhaluan kanan yang jg berjiwa entertainer serta mampu mengendorse jagoannya.

*bersambung…