Panjalu, (Ansorjabar Online)
Selain pesona alamnya, bumi priangan dikenal luas dengan kekayaan adat istiadat dan kebudayaannya. Warisan para leluhur yang memiliki kandungan nilai yang luar biasa, baik secara sosial maupun budaya. Bahkan tidak sedikiti warisan kebudyaan itu merupakan bagian daripada strategi dakwah atau syiar untuk lebih mendekatkan ajaran Islam kepada masyarakatnya.
“Upacara adat nyangku ini merupakan Warisan para leluhur Kerajaan Panjalu. Jadi ini bagian tidak terpisahkan dengan proses sejarah masyarakat disini yang hadir secara turun temurun”, kata Ketua PC GP Ansor Ciamis Dandeu Rifai Hilmi.
Tradisi Nyangku ini, lanjut Dandeu, diadakan sejak abad ke 7 oleh salah satu Raja Panjalu yaitu Sangyang Borosngora sebagai sarana dakwah untuk mensyiarkan Islam di tengah masyarakat melalui pendekatan kebudayaan.
“Bagian daripada proses kreatif Raja Panjalu saat itu agar ajaran Islam mudah diterima melalui pendekatan tradisi yang telah berkembang ditengah masyarakat”, lanjutnya.
Dijelaskan oleh Dandeu, Upacara Adat Nyangku bagi masyarakat sekitar Panjalu merupakan suatu ritual yang sakral dan wajib dilakukan pada bulan Rabiul Awal tahun Hijriah minggu terakhir yang dilaksanakan pada hari senin atau hari kamis.
“Upacara Adat Nyangku pada zaman dahulu adalah untuk membersihkan pusaka Kerajaan Panjalu dan sebagai salah satu misi penyebaran Agama Islam”, jelasnya.
Tujuan dari penyelenggaraan Upacara Adat Nyangku sekarang hanyalah sebatas membersihkan benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Panjalu.
“Pesan utama yang bisa kita tangkap adalah untuk membersihkan diri dari segala sesuatu yang dilarang oleh Agama Islam. Selain itu, dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, serta sebagai sarana untuk mempererat tali persaudaraan masyarakat Panjalu”, tuturnya.
Sebagai bagian melestarikan tradisi leluhur ini, kata Dandeu, kader-kader Ansor Ciamis turut hadir berpartisipasi memeriahkan acara.
“Generasi saat ini perlu belajar pada siroh para leluhur. Tradisi yang baik dapat jadi sarana dakwah dan syiar, agar ajaran agama bisa lebih dekat dengan masyarakat. Jangan gegabah berkata bid’ah, tanpa paham wilayah sejarahnya”, pungkas Dandeu. (Rus).