Pesan Deni Ahmad Haidar Kepada Calon Instruktur Kaderisasi

217

PURWAKARTA, (Ansorjabar Online) – Bagi organisasi kader, seorang instruktur memiliki peran vital dalam mentransformasikan pengetahuan dan ideologi kepada setiap anggotanya. Hal itulah, disadari Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Barat dengan mengadakan pelatihan Instruktur, pada Jum’at-Minggu (21-23/07/2017), di MAS YPPA Pondok Pesantren Hikmatusalafiyah, Cipulus, Wanayasa, Purwakarta.

“Kita butuh memiliki insttuktur yang memiliki kualifikasi dan tersertifikasi. Yang benar-benar instruktur. Instruktur kudu digugu dan ditiru. Sahabat akan digembleng selama 3 hari dua malam disini, ikuti dengan baik dan penuh disiplin,” kata Deni dalam amanat pembukaan acara.

Keberhasilan proses kaderisasi, kata Deni, tidak hanya diukur dari seberapa banyak anggotanya, tapi juga kadar kualitasnya.

“Kita butuh kader yang memadai , kader yang benar-benar kader. Bukan hanya nambah jumlah, tapi juga butuh kader yang berkualitas. Kader yang nanti jadi pengurus itu mau ngurus, bukan yang nanti jadi pengurus itu urusan atau jadi uruseun,” ujarnya.

Dikatakan Deni, organisasi Ansor merupakan amanat besar dari orang tua (ulama). Karenannya dibutuhkan totalitas dalam mengembannya.

“Kalau ngurus ansor dan NU tidak serius itu berdosa. Kalau ngurusnya serius pasti bakal dapat berkah. Kalau tidak serius, dapat tulah dan kutuk. Jadi harus dipastikan ngurus ansornya harus serius. Sehingga kedepan bisa dirasakan bersama,” tegasnya.

Kemudian, Deni mengungkapkan pesan dari KH. Abdul Mujib, tokoh NU dari Pesantren Faozan, Garut. Beliau memberikan amanat, bahwa bagi kader Ansor Hidup itu pilahannya hanya ada dua. Yang satu Ngurus Ansor yang benar-serius dan kedua mati.

“Tidak ada pilihan ketiga. Kalau ingin hidup berkah, uruslah ansor dengan serius. Kalau tidak mau ngurus ansor dengan serius, mending mati saja,” imbuhnya.

Kedepan, lanjut Deni, kehidupan semakin komplek. Karenanya dibutuhkan sosok-sosok kader yang siap menghadapi kompetisi.

“Karena besok kita bukan hanya menciptakan kader yang baik saja, tapi juga kader yang mampu bertarung sehingga memenangkan seluruh pertarungan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” lanjutnya.

“Harus diingat, Benar saja tidak cukup. Kalau benar tapi kalah itu malu-maluin namanya. Artinya Kebenaran harus menang. Kita merasa sebagai kelompok yang benar, maka harus menang tidak ada pilihan lain. Ini adalah ikhtiar kita dalam menciptakan generasi yang mampu bertarung dan siap memenangkan pertarungan dalam kancah kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka dakwah islam ahlussunnah waljamaah al-nahdliyyah,” pesan Deni kepada para peserta latihan instruktur.

Kerangka dakwah Aswaja al-nahdliyyah harus terus disampaikan selaras dengan memperkuat keyakinan bangsa kita tentang NKRI sebagai final.

“NKRI adalah ikhtiar final ummat islam di Indonesia dalam bernegara yang harus terus disampaikan. Karena masih banyak orang lain yang mengasikan hal itu. Dan jadi kewajiban kita menyampaikan kepada kader. Sehingga kader mampu menyampaikan pesan itu kepada yang lain dengan baik dan benar,” punkasnya. (edi).