KH. Hasan Nuri Hidayatulloh Sampaikan Tiga Amanat Penting Bagi Pengurus NU

224

PURWAKARTA, (Ansorjabar Online) – Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) KH. Hasan Nuri Hidayatulloh menghadiri pembukaan Latihan Instruktur I PW Ansor Jawa Barat, jum’at (21/07/2017), di MAS YPP Pondok Pesantren Hikmatusalafiyah, Wanayasa, Purwakarta.

Dihadapan para peserta dan jajaran pengurus Ansor, Pria yang akrab dipanggil Gus Hasan ini menitipkan tiga amanat penting yang harus dimiliki para pengurus Nahdlatul Ulama (NU).

“Para sepuh ulama NU kita menasehatkan dalam membawa amanat dipundak kita setidaknya tiga hal yang harus dipersiapkan. Karena ini organisasi ulama. Beda halnya dengan LSM atau yang lainnya,” katanya.

Pertama, mempersiapkan diri dengan ilmu. Dijelaskan pimpinan Pesantren Asshidiqiyah Cilamaya Karawang ini, bahwa nahdloh itu artinya bangkit. Dan Ulama adalah orang yang banyak ilmunya. Karenanya, predikat ulamanya itu cukup berat.

“Ulama itu bukan makhluk sembarangan. Yang kapan-kapan bisa diwisuda dan bisa dideklarasikan bahwa ini sebagai ulama. Ulama itu warosatul anbiya. Nabi itu makhluk Alloh yang luar biasa. Ketika membawa risalahnya, maka sisi keulamaan ini jangan sampai lepas dari diri kita,” jelasnya.

Ia menegaskan, warisan yang lebih besar di Indonesia adalah Nahdlatul Ulama.

“Peninggalan yang akan selalu abadi adalah peninggalan para ulama,” ujarnya.

Kedua, para pengurus NU berkewajiban menjaga NU harus dengan akhlaq. Akhlaq ini menempati posisi penting sebagaimana masyarakat Arab terpesona dengan wajah islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW karena keutamaan akhlaqnya.

“Harga diri seseorang, mulya atau tidak, hina atau mulya, itu bukan karena ilmu saja, bukan karena pangkat atau harta tapi karena akhlaqnya yang membuat dia mulya,” tutur Gus Hasan penuh semangat.

“Kalau kita ingin membawa NU ini yang agung ini, maka mari kita kelola NU ini selain dengan ilmu juga dengan akhlaq di mulai dari pribadi-pribadi kita,” ajak Gus Hasan.

Gus Hasan memaaparkan kisah Walisongo yang mampu mengislam tanah Nusantara yang awalnya sepenuhnya non muslim menjadi agama mayoritas yang dianut masyarakat dalam dalam waktu yang relatif cepat karena akhlaqnya.

“Tanpa peperangan, tanpa penyerangan sedikitpun, tanpa meneteskan darah setetespun, dibarengi teladan akhlaq, Islam menjadi agama mayoritas di negeri ini,” paparnya.

Pesan yang Ketiga, Aljuhdu yaitu semangat. Dengan semangat hidup, berbagai tantangan bisa dihadapi. Menurutnya, besar kecilnya persoalan dalam hidup ini bukan inti persoalannya. Namun, Kembali kepada besar kecilnya nyali dan semangat kita. Semangat kita besar, persoalan menjadi kecil.

“Sungguh sungguh dalam memberi tambahan ilmu buat pribadi kita, menata akhlak dan sungguh-sungguh sebagai kader dan pemangku nahdlatul ulama, insyaalloh lima belas tahun yang akan datang akan menjadi jamiyah yang jaya di dalam tatanan NKRI,” pungkasnya. (edi)