Jangan Gengsi Mantan Aktivis Mahasiswa Membuka Salon Kecantikan Domba

400

CIAMIS-, Menjadi aktivis selalu identik dengan intensitas keterlibatan dalam gerakan sosial atau aksi jalanan untuk menyuarakan perubahan atas tatanan yang dipandang timpang. Muaranya, sebagian aktivis menceburkan diri dalam arena politik praktis dengan dalih untuk melanjutkan perjuangan melalui sistem. Atau ada juga sebagian yang tetap dalam gerakan sosial dengan bergiat dalam organisasi non pemerintahan (NGO) atau LSM tertentu yang didanai oleh lembaga donor.

Namun berbeda dengan cerita jalan aktivisme Johan Anwari. Johan memilih pulang ke kampung halamannya dengan mendirikan lembaga pendidikan, yakni Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pada SMK yang dirintisnya, Johan menjabat sebagai Kepala.

“Saya pilih pulang kampung aja. Sebab di kampung juga, pilihan melanjutkan menjadi aktivis untuk melakukan perubahan sangat terbuka, bahkan lebih dibutuhkan. Kita akan bersentuhan langsung dengan persaoalan-persoalan sosial yang ada di masyarakat”, kata Johan dalam sebuah perbincangan dengan Ansorjabar Online.

Selain dibidang pendidikan, Johan juga bergiat dalam pengembangan budidaya Domba Garut. Di tanah kelahirannya Ciamis, Johan membentuk sebuah kelompok bersama yang dinamakan dengan Lembaga Pengembangan Ekonomi Peternakan.

“Awalnya mah iseung sekedar hobi. Saya ngurus domba Garut satu ekor. Tapi sepertinya kenapa tidak untuk diseriusi. Naluri aktivis saya tidak bisa berjalan sendiri, karenanya saya mengajak kepada warga yang lainnya untuk bersama-sama membuat kelompok”, paparnya.

Semasa aktif di organisasi mahasiswa, Ia pun sempat merasakan panasnya sengatan aspal jalanan dan berorasi di ujung michropone sebagai aktivis jalanan untuk menentang kebijakan-kebijakan Negara yang tidak adil. Selama mahasiswa, selain aktif di organisasi intra kampus, waktu aktivismenya banyak dicurahkan melalui organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

“Eranya mahasiswa polanya ya memang demikian. Kita bisa lantang bersuara di jalanan. Tapi ketika kita kembali hidup di tengah-tengah masyarakat tantangnannya beda, kita dituntut berpikir, meurih untuk mencari solusi yang kongkrit bagi kemajuan hidup bermasyarakat”, terang pria 37 tahun ini.

Budidaya ternak Domba Garut yang dikembangkan alumnus Unisba ini bersama kelompoknya terus berkembang. Sampai kini, sudah ada 11 kelompok ternak yang Johan bina dengan ratusan hewan domba Garut. Untuk sementara, fokus pengembangannya berada di Desa Utama, Ciamis Kota.

Atas pengalaman budidaya ternak yang dijalani, bersama kelompoknya Johan yang kini menjabat sekretaris PW Ansor Jawa Barat ini, juga mengembangkan salon kecantikan domba. Menurutnya, sebagaimana manusia untuk tampil menarik, binatang domba pun butuh perwatan agar tampil lebih gagah atau cantik.

Untuk sekali perwatan, biasanya ditarif 30 sampai 40 ribu per ekor. Yang dirapikan meliputi tanduk, bulu dan kaki.

“Dengan tampilan yang lebih bersih dan gagah, pastinya harganya juga akan lebih naik”, ungkap Johan.

Johan berkeyakinan, usaha salon Domba Garut yang dia kembangkan akan lebih prospektif. Sebab, kecendrungan masyarakat untuk memilih domba yang sehat dan bersih semakin meningkat.

Johan pun menyarankan kepada para aktivis dan juniornya untuk bersedia kembali pulang ke kampung halamannya. Sebab, di masyarakat membutuhkan penggerak untuk lebih memberdayakan potensi yang ada. Yang terpenting ketika kembali, pesan Johan, seorang aktivis harus mampu beradaftasi dengan lingkungan sosial masyarakat.

“Walaupun aktivis, ketika ketika pulang kampung intinya jangan bauan”, pesan Johan. Menarik bukan ? (Moch.Ramdhani)