“BAGONG” dibalik perkuwuan ***bagian satu

82

Ditulis Oleh : Murtadlo Imam
Lembaga Kajian Ideologi PC Ansor Kab. Cirebon

Hari minggu lusa akan ada hajat masal pesta demokrasi kelas obrolan warung kopi, yakni pemilihan kepala desa atau kuwu di beberapa desa, tidak luput di desa kami. Sy sebut demikian, mengingat obrolan soal intrik pemenangan masing2 kubu berbeda, cukup dibahas dgn ditemani secangkir kopi, ceplas-ceplos sesuka hati, tak perlu berdasi apalagi pakai mercy.

Namun jgn salah, dibalik itu gesekan, eskalasi kecemasan dan konfliknya bisa terpapar dimanapun, kapan dan oleh siapapun lantaran media sosial nirbijak yg kelak tercatat dalam otak digital.

Ngomongin soal pemenangan, ada sebuah kosakata lampau yg kini pelafalannya sdh mulai jarang saya temukan, pun sampai tulisan ini sy posting. Paling tidak agar generasi millenialis paham dan istilah tersebut tetap lestari tentunya.

Yup, kata itu adalah “BAGONG”, sebutan untuk seseorang atau sekelompok orang yg memiliki andil besar dalam proses pemenangan yg dalam istilah kekinian disebut “tim sukses”. Tapi dua kata tersebut tidak bisa disamakan begitu saja. Karena, berbeda dengan timses yg hanya berputar pada mapping, pengkondisian dan mobilisasi massa demi sebuah kemenangan. Penyebutan “BAGONG” lebih sakral dan sinkretis, mengingat strategi yg digunakan berbau mistis dan klenik. Alhasil, menggunakan infastruktur langit dan bukan semata berkaitan dengan manusia tapi lebih bersinggungan dgn makhluk alam gaib sebangsa jin, dedemit dan gerandong.

Dalam literasi, kata “BAGONG” hanya muncul dalam istilah pewayangan. Bagong atau Ki Lurah Bagong atau dikenal pula dengan nama Bawor, Carub atau Astrajingga merupakan nama salah satu tokoh punakawan dalam pewayangan, dimana semar sebagai sentralnya, di samping petruk dan gareng.

Kata punakawan berasal dari kata “Puna” yg berarti susah dan “kawan” berarti teman. Jadi dapat dimakna sebagai teman di kala susah. Selain itu, ada jg yg menyebut punakawan berasal dari kata “pana” yg berarti terang dan kawan yg berarti teman. Bila diterjemahkan secara sederhana teman untuk menuju jalan terang.

Dalam pertunjukkan wayang, sebagai seorang panakawan karakter “BAGONG” memainkan karakter yang bersifat menghibur penonton, sehingga dilukiskan dengan ciri-ciri fisik yang mengundang kelucuan. Tubuhnya pendek, gemuk, bulat tambun, matanya lebar, bibirnya tebal dan terkesan memble.

Sekiranya kata “BAGONG” dikaitkan dengan proses pemilihan kepala desa atau kuwu, maka peran sentralnya adalah menjadi seseorang atau sekelompok orang yang siap sedia baik dalam keadaan senang dan tentunya hadir pula sebagai penghibur calon kepala desa ketika dalam keadaan penuh tekanan dan kecemasan untuk bersama-sama menuju jalan terang yang diasumsikan sebagai sebuah kemenangan jagoannya.

*bersambung