Ahlan wa Sahlan yaa Habibana di Garut

497

Ahlan wa Sahlan yaa Habibana di Garut

Besok Banser kumpul di Al Halim Jam 08.00. Begitu pesan yang aku terima dari Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Garut. Semua harus pake baju loreng.

Besok mau ada Habib Luthfi ke Garut. Mau istirahat. Lanjut Ketua. Ini yang jadi alasan kenapa kehadiran Ulama sekelas Habib Luthfi tidak digembar gemborkan. Bahkan, ada anggota Banser yang bertanya, ada apa gerangan tiba-tiba instruksi. Tapi bagi Banser, Instruksi adalah perintah.

Bagi Banser kedatangan Habib Luthfi sulit digambarkan dengan kata-kata. Bagi Banser, Habib Luthfi adalah Panglima. Adalah kekasih. Habib Luthfi lah yang senantiasa mendoakan Banser. Mendoakan kebahagiaan di Akhirat.

Kalau lah Aku ditakdirkan masuk surga, maka aku tidak akan masuk surga sebelum semua anggota Banser masuk surga. Itu adalah ungkapan yang sangat masyhur dikalangan Banser, ungkapan yang bikin Aku yang Ansor cemburu.

Tapi, Banser itu Ansor. Meskipun Ansor belum tentu Banser. Bagi masyarakat umum, Banser itu organisasi semisal Ansor. Bukan Ansor. Ketua Ansor selalu disejajarkan dengan komandan Banser. Bahkan terkadang Banser lebih populis dibanding Ansor. Tapi ya sudahlah. Aku lagi tidak membahas itu. Ya aturan Ansor dan Banser. Mungkin dilain waktu. Yang pasti, Ansor dan Banser memiliki tugas yang sama. Bela Agama, Bangsa dan Negara.

Aku beruntung diajak ketua. Menjumpai Habib Luthfi yang sedang istirnahat di salahsatu tempat penginapan di Cipanas.

Tak berani sedikitpun untuk masuk ke kamar Habib Luthfi. Ada perasaan yang sangat sungkan. Sampai ketua menyuruhku untuk memberikan buah buahan buat Habib Luthfi.

Kulihat dari kaca kamar, Habib Luthfi sedang istirahat di kamarnya. Kulihat wajah yang begitu mulia. Wajah yang memancarkan cahaya ‘alim.

Keberuntunganku bertambah ketika anggota Banser yang semalam menjaga Habib Luthfi memberitahuku bahwa ada sisa makanan Habib Luthfi yang dipersilahkan untuk Aku makan. Bergegas aku ke dapur untuk menyantapnya. Bagi Aku yang percaya dan yakin, bahwa makanan sisa Habib Lutfhi adalah barokah.

Aku teringat ketika di Pesantren dulu, ketika santri berebut minum dari gelas yang diberikan Kiai. Meskipun sekarang banyak yang mempersoalkan itu, aku tak perduli.

Selepas Jumat, Aku dan rombonga Habib Luthfi berjalan menuju ke Pesantren Al Halim. Pesantren yang berada sekitar tiga kilo dari Cipanas. Aku semobil dengan Habib Zaki. Habib Zaki ini, semacam aspri yang bertanggung jawab terhadap jadwal-jadwal Habib Luthfi.

Aku bangga, ketika Habib Zaki menceritakan bagaimana bahagianya Habib Luthfi di Garut. Kata Habib Zaki, belum pernah, Abah begitu Habib Zaki memanggil Habib Luthfi, mau tinggal lama disuatu tempat setelah acara. Begitu selesai, pulang. Tapi ini, abah mau bermalam di Garut. Oh iya, Abah ke Garut bukan untuk menghadiri acara. Karena, acara intinya di Banjaran, Kabupaten Bandung. Abah hanya ingin istirahat saja. Ini semacam berkah bagi Banser.

Aku tambah kagum terhadap Abah. Habib Zaki menyuruh agar seluruh Banser menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya ketika menyambut Abah. Kata Habib Zaki, Abah senang disambut pake Indonesia Raya.

Aku jadi berpikir, apa logika mereka yang men thogut kan Indonesia Raya, ketika Ulama sekelas Habib Luthfi begitu ingin disambut dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Tapi sudahlah, aku tidak lagi ingin membahas itu.

Aku dan Banser begitu bersemangat menyambut abah dengan lagu lagu dan yel yel Banser. Kulihat Abah tersenyum. Bahkan ketika Banser menyanyikan mars Banser dan yel yel khas Banser kulihat Abah berdiri dan bertepuk tangan mengikuti irama lagu.

Terima kasih Abah. Terima kasih Ya Habibi. Selamat datang di Kabupaten Garut. Kabupaten yang beruntung mendapatkan barokah dari kunjungan Abah.

Kami tambah bersuka cita, ketika Abah menjanjikan akan datang di pelantikan Ansor tanggal 18 bulan November yang akan datang. Aku tambah bahagia ketika Abah pun menyuruh kami untuk bikin acara di Bulan November.

Sok damelken acara kaping 8 atanapi kaping 12, acaranamah kirab kebangsaan weh. Mana tempat di Garut anu kapungkur janten tempat perlawanan penjajah Belanda.

Artinya dalam Bulan November, Abah akan mengujungi dua kali. Alhamdulillah.

Oh iya, Abah begitu fasih berbicara bahasa Sunda. Aku bahkan sempat terlibat dalam satu riungan bersama Abah. Begitu akrab dan dekat. Alhamdulillah, sempat juga kucium tangan Abah.

Menjelang Ashar, Abah bersama rombongan izin pulang setelah menyempatkan berpoto bersama dengan pasukan Banser.

Selamat jalan Abah. Aku berdoa semoga Allah mentakdirkan Abah kembali lagi ke Garut.

Pokonamah mun Abah sehat. Abah panjang umur, Abah ka Garut.

Idham