Harlah Ansor ke 83, Kiai Didi : Ansor Harus Siap Jaga tradisi NU dan Jadi Lokomotif Ekonomi

196

Tasikmalaya, (ansorjabar online)
Ansor harus merapatkan barisan, jangan berAnsor rasa FPI bahkan berAnsor rasa HTI. Termasuk jangan berNU karena kepentingan dan keterdesakan, makanya Fikrah dan Harakahnya perjelas. Ansor adalah generasi penerus NU, yang akan ngurus NU. Jadilah yang ngurus NU jangan jadi urusan NU, hidupkan NU jangan cari penghidupan di NU.

Hal ini, disampaikan Ketua Tanfidziah NU Kota Tasikmalaya KH. Didi Hudaya dalam sambutan Memperingati hari lahir GP Ansor ke 83, di Pondok Pesantren al-Mukhtariyah, Mangkubumi, Senin (24/4).

KH. Didi menjelaskan mengenai Fikrah Tawasutiah, dimana tidak tekstualis, juga tidak liberalis, jangan sampai mudah membidahkan apalagi tuduh-tuduh kafir, neraka, munafik.

“Saya tanya, Kalau yang suka Yasinan dan Tahlilan disebut ahli Neraka, lalu potongan ahli Surga seperti apa? Apakah yang berjenggot ataukah yang berjubah, Abu Jahal wa Ashabihi juga berjenggot dan berjubah panjang. Surga bukan milik golongan tertentu, yang loreng bisa masuk surga, yang biru, yang merah apalagi yang hijau berhak itu masuk surga, yang penting ketaqwaannga.” Papar Pimpinan Ponpes Bustanul Ulum yang disambut gemuruh tepuk tangan.

Yang kedua Fikrah Tasammuhiah, Kiai Didi melanjutkan, Tolerasi pada sesama muslim dan non muslim dengan berpedoman pada Islam Rahmatan Lil’alamin. Dan yang terakhir adalah Fikrah Manhajiah, dimana NU punya pandangan yang Fleksibel, lentur, ramah tidak mudah marah, merangkul tidak memukul, ungkap Putra Aalmagfurlah KH.Bukhori.

Implementasi dari Fikrah tersebut, menurut Kiai Didi, yaitu dengan cara Ta`sis membangun pondasi, Tajdid mengkoreksi jika ada yang kekurangan dan Tashih memperbaiki kekurangan-kekuranganya. Harakah NU itu berjuang maksimal, Itidal tidak mudah terombang ambing hanya karena musim, atau trend, serta Tawajun memperhatikan sisi lain agar tetap seimbang antara kebutuhan Duniawi dan Ukhrawi.

Dalam pidatonya, KH. Didi juga menyoroti tentang korelasi pandangan NU tentang Kebangsaan.

“Islam dan Kebangsaan tidak bisa dipisahkan, dan Islam jangan dijadikan politik sesaat untuk kepentingan tertentu. NU sudah berjuang mendirikan bangsa ini dari awal, menanamkan dan menggelorakan cinta tanah air ketika penjajahan di bumi tercinta ini.” Ujarnya

Aparat jangan biarkan Ansor bekerja sendirian, pinta Kiai Didi, menjaga bangsa ini, karena kita nikmati bersama hasilnya ketika keamanan dan ketentraman bangsa ini, jadi mesti kita pelihara, lawan kelompok yang memaksakan diri yang ingin memecah ummat dengan simbol-simbol Islam untuk menipu masyarakat.

Adanya pemberdayaan ekonomi di Ansor diapresiasi Kiai Didi, dengan harapan bisa jadi motor penggerak perekonomian warga Nahdliyyin, bahkan sempat berseloroh yang disambut tawa hadirin, “jangan sampai setiap ada kegiatan keNUan ganti HP, dilempar istri terus karena urusan dapurnya tidak selesai.”

“Saya harap Ansor jadi lokomotif, menggerakan semua potensi warga NU. Makanya saya apresiasi berdirinya Koperasi dan Toko Online Ansoruna ini. Semoga bisa membangun perekonomian ummat.” Pungkasnya. (a. Arif).