Ansor Desak Aparat dan Pemkab Tegas Melarang Pengibaran Simbol dan Bendera HTI

70

Majalengka – andorjabar online
Munculnya gerakan yang dengan sengaja mengibarkan bendera atau simbol-simbol Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Kabupaten Majalengka dalam acara peringatan Tahun Baru Hijriyah belum lama ini terus menimbulkan polemik di masyarakat.

Diantaranya ada penolakan yang cukup keras dari keluarga besar Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Majalengka.

Bahkan Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor (PC. GP. Ansor) Kabupaten Majalengka, Ahmad Cece Ashfiyadi menyayangkan adanya pihak yang ikut membela pengibaran bendera HTI bahkan mulai membangun framing seakan-akan yang menolak itu anti Islam.

“Peristiwa yang baru saja terjadi munculnya bendera HTI cukup kita sayangkan dan merupakan bentuk kecolongan semua pihak. Yang lebih kami sayangkan lagi malah ada pihak-pihak yang membela dan mengggiring ke arah frame anti Islam bagi pihak-pihak yang menolak dan melarang”, ungkapnya usai mengumpulkan semua Pimpinan Ansor dan Komandan Banser Se Kabupaten Majalengka di Kantor PC. NU Kabupaten Majalengka, (7/9).

Ia pun menambahkan agar polemik ini berakhir maka sudah harus disepakati bahwa bendera HTI tidak boleh berkibar bukan malah sebaliknya dinyatakn atau dibela bahwa bendera itu merupakan bendera tauhid sehingga coba digiring pada perpecahan umat Islam.

“Yang kami heran, sejak kapan ada bendera tauhid. Padahal kami juga umat Islam, bahkan selalu mengagungkan kalimat suci atau kalimat tauhid yang tertulis di bendera tersebut dalam amaliyah kita sehari-hari tetap punya bendera kebangsaan Merah Putih dan juga mempunyai bendera organisasi yang syah dan didaftarkan secara resmi ke pemerintah. Sudahlah, jangan mengelak terus dengan dalih apapaun, karena istilah bendera tauhid itu muncul setelah dilarangnya HTI”, tambahnya didampingi Kasatkorcab Banser Majalengka Wahyudin.

Kang Cece sapaan pria ini juga menghimbau kepada pihak-pihak yang melakukan pembelaan mohon jangan menggiring isu dan melebarkan masalah ini ke ranah yang sensitif seperti isu agama dan lainnya karena ini akan berbahaya dan merugikan kita semuanya.

“Mohon pihak yang melakukan pembelaan untuk tidak melebarkan isu dan masalah ini ke ranah yang lebih luas apalagi sensitif karena akan merugikan kita semua. Catat juga bahwa kami, Ansor ini Islam dan sangat cinta kalimat tauhid, kami tidak akan mundur selangkahpun kalau urusannya dengan merongrong Keutuhan Negara Republik Indonesi (NKRI) tercinta ini”, himbaunya.

Ketika ditanya langkah apa yang akan ditempuh oleh Ansor menghadapi polemik ini, Ia menjawab bahwa setelah kejadian peristiwa tersebut Ansor sudah melakukan koordinasi serta shilaturrahmi dengan Kepala Kepolisian Resort (Kapolres), Kepala Kementerian Agama (Kakemenag) dan Bupati Majalengka untuk segera bertindak tegas terhadap pihak-pihak yang melakukan perbuatan tersebut dan berharap semua pihak sudah final menyepakati bahwa tidak ada bendera tauhid itu adalah bendera HTI yang sudah jelas-jelas dilarang berkibar di NKRI.

“Kita sudah sampaikan keberatan dan penolakan kita, bahkan berharap adanya sikap tegas dari semua pihak yang berwenang.

Khususnya bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN) dan lembaga-lembaga pendidikan yang masih menjadi anggota HTI atau kelompok anti NKRI dan berani memunculkan simbol HTI.

“Kita masih menunggu hasil akhirnya dan tidak menutup kemungkinan kita akan turun jalan kalau memang masalah ini tidak segera diselesaikan”, jawabnya.

Cece pun mengajak semua Anggota Ansor dan Banser tetap siap siaga apabila ada intruksi bergerak secara bersama-sama dengan kekuatan penuh demi tetap tegaknya NKRI dari rongrongan kelompok yang anti NKRI dengan berubah baju.

Termasuk mengajak kepada seluruh masyarakat Majalengka menolak kehadirannya dan memunculkan simbol-simbol HTI biar terus tercipta keamanan dan ketertiban dalam kehidupan kita untuk mewujudkan visi REMAJA.

“Semua Ansor dan Banser untuk tetap siap siaga menunggu intruksi biar tetap satu komando. Begitupun kami berharap dan mengajak seluruh masyarakat Majalengka untuk ikut menolak munculnya kelompok anti NKRI beserta simbol-simbolnya”, ajaknya.