Tempatkan Gus Dur Sebagai Tokoh Inspirasi, Seorang Gusdurian ini Tanggapi Ridwan Kamil

1248

Pada saat kunjungannya ke Jawa Timur, tepatnya di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang, Rabu (08/03), Walikota Bandung Ridwan Kamil mengungkapkan bahwa Gus Dur merupakan salah satu tokoh inspirasinya. Menurut Kang Emil, sebagai Pemimpin, Gus Dur berhasil menyajikan Islam sebagai agama yang ramah dan memperjuangkan hak-hak kemanusiaan yang banyak mengilhami dirinya serta banyak orang.

Terkait pernyataan Kang Emil tersebut, Ketua Jaringan Kerja Antar Ummat Beragama (Jakatarub) menilai hal tersebut sebagai sah-sah saja dengan dengan beberapa catatan yang secara lengkap berikut ini :

 

Kalau memang betul-betul terinspirasi oleh Gus Dur seharusnya memperbanyak juga literatur mengenai sosok dan pemikiran Gus Dur. Agar tidak salah paham atau sekedar klaim bahwa Kang Emil terinspirasi Gus Dur.

Misalnya, jika Ia sebagai pengikut Gus Dur, seharusnya Walikota Bandung tidak perlu mengeluarkan surat edaran walikota mengenai himbauan salat subuh berjamaah. Karena Gus Dur tidak menyukai formalisasi syariah seperti itu. Apalagi negara atau pejabat publik sampai mengurusi hal-hal yang privasi seperti itu.

Bagi Gus Dur, agama itu substansial, bukan sekedar lipstik apalagi jargon politik. Formalisasi syariah melalui kebijakan publik seperti itu terkesan menunjukkan bahwa Walikota hanya milik satu penganut agama saja. Seharusnya Walikota kan pemimpin semua umat, apapun agamanya. Inilah prinsip bhineka tunggal ika dalam kepemimpinan suatu negara, yang tidak bertentangan dengan semua agama, termasuk agama Islam.

Bukan saya mempersoalkan shalat subuh berjamaahnya, tetapi hendaklah sebagai pemimpin publik, Walikota menggunakan istiulah-istilah yang lebih universal. Cukup misalnya meneruskan gagasan Bandung Agamis, tidak hanya Islamis. Itu sudah bagus dan lebih nampak mengayomi semua pihak.

Kemudian, dalam konteks Walikota sebagai orang yang terinspirasi oleh Gus Dur saya juga mempertanyakan gagasan-gagasan Walikota mengenai wisata syariah yang ia dengung-dengungkan di awal kepemimpinannya. Sekali lagi term ini tidak akan kita temukan dalam sejumlah pemikiran Gus Dur.

Lantas, saya juga ingin mempertanyakan, bagaimana Kang Emil sebagai orang yg terinspirasi oleh Gus Dur, menanggapi hasil riset Setara Institut yang menunjukkan bahwa Kota Bandung termasuk 10 besar kota yang tingkat toleransinya rendah?

Ini ditandai dengan masih maraknya kelompok-kelompok yang melarang kelompok masyarakat lainnya untuk beribadah dan menjalankan keyakinannya.

Misalnya, sejak beberapa tahun belakangan ini, umat Syiah kesulitan menyelenggarakan kegiatan Asyura di Bandung. Padahal di jaman Walikota sebelum Kang Emil, acara ini berjalan aman-aman saja. Juga gereja Katolik yang masih mengalami kesulitan untuk berdiri di kawasan Gedebage. Bagaimana sikap dan strategi  Kang Emil sebagai Walikota yang pengagum Gus Dur dalam menghadapi permasalahan tersebut?

Padahal kita tahu, Gus Dur itu tokoh toleransi tulen yang siap menghadapi berbagai tantangan apapun. Bahkan kerap mengambil tindakan-tindakan tidak populis demi menegakan demokrasi, yang di dalamnya ada nilai toleransi dan penegakkan hukum yang adil.

Namun, terlepas dari itu semua, saya kira merupakan hak siapa saja untuk menyebut dirinya terinspirasi oleh Gus Dur. Karena gusdur ini Bapak Bangsa milik semua ummat. Tetapi alangkah lebih baik, jika mengagumi seseorang hendaknya sekaligus dengan mengikuti prinsip-prinsip hidupnya.

Apalagi, sikap hidup seorang negarawan semacam Gus Dur ini sedang sangat diperlukan guna mengatasi berbagai persoalan yang ada di masyarakat saat ini. Terutama sikap yang tegas mengenai penegakkan demokrasi dan HAM. Kita betul-betul sedang memerlukan sikap seperti itu. Terlebih dari seorang pejabat publik.

 

Bandung, 10 Maret 2017

Wawan Gunawan, Ketua Jaringan Kerja Antar Ummat Beragama (JAKATARUB)

Ket.Photo : Wawan Gunawan (tengah) dalam acara Haul Gus Dur Tahun 2013 di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Bandung.