Tebar Perdamaian di Hari nan Fitri

104

Oleh : Dhilla Nuraeni Azzuhri
(Wakil sekretaris PW IPPNU jabar)

Lebaran sebentar lagi akan tiba. Seluruh umat islam dari segala penjuru  dunia akan bersama-sama mengumandangkan takbir, tasbih, tahmid, dan tahlil. Sebagaian masyarakat, pada malam hari raya Idul Fitri akan melakukan takbir keliling yang sudah menjadi tradisi bagi mereka.

Hal ini sesungguhnya manifestasi kebahagiaan setelah berhasil memenangi ibadah puasa selama satu bulan penuh, dan ungkapan rasa syukur kepada Allah karena akan kembali fitri setelah digodog selama bulan Ramadlan.

Makna Idul Fitri

Hari raya Idul Fitri merupakan puncak dari pelaksanaan ibadah puasa. Idul Fitri berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban berpuasa, yaitu manusia yang bertaqwa.

Kata Id berdasar dari akar kata ada –yauudu yang artinya “kembali” sedangkan fitri bisa berarti buka puasa untuk makan dan bisa berarti suci. Adapun fitri yang berarti buka puasa berdasarkan akar kata ifthar (sighat mashdar dari aftharo – yufthiru) dan berdasar hadis Rasulullah SAW yang artinya, ”Dari Anas bin Malik: Tak sekali pun Nabi Muhammad SAW. Pergi (untuk shalat) pada hari raya Idul Fitritanpa makan beberapa kurma sebelumnya.” 

Dalam Riwayat lain: “Nabi SAW. Makan kurma dalam jumlah ganjil.” (HR Bukhari).

Dengan demikian, makna Idul Fitri adalah hari raya dimana umat Islam kembali berbuka atau makan. Karenanya, salah satu sunah sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri ialah makan atau minum walaupun sedikit. Hal ini juga untuk menunjukkan bahwa hari raya Idul Fitri 1 Syawal haram untuk berpuasa. 

Sedangkan kata Fitri yang berarti suci, bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, keburukan berdasarkan dari akar kata fathoro-yafthiru dan hadis Rasulullah SAW yang artinya “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq ‘alayh). 

Barangsiapa yang salat malam di bulan Ramadan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Dapat disimpulkan pula bahwa Idul Fitri bisa berarti kembalinya kita kepada keadaan suci, atau keterbebasan dari segala dosa dan noda sehingga berada dalam kesucian (fitrah). Dalam konteks ini berarti kembali kepada asal kejadiannya yang suci dan mengikuti petunjuk Islam yang benar.

Refleksi Idul Fitri

Momentum idul Fitri bukan sekedar dirayakan dengan berjabat tangan, melainkan ada satu tanggung jawab besar untuk menjadikan masa lalu sebagai pelajaran dan siap melangkah untuk kebaikan di masa depan. Idul Fitri mengajarkan untuk saling memaafkan dan harus menjadi inspirasi bagi kita untuk berbuat islah (rekonsiliasi).

Momen Idul Fitri juga kesempatan baik bagi kita untuk merefleksikan kata maaf. Umat Islam itu bersaudara. Itulah mengapa di hari raya yang penuh kasih sayang dan maaf nanti, kita saling bersilaturahhmi dan berkomitmen untuk menjaga persaudaraan antar kelompok lintas warna kulit, ras, adat, dan agama.

Sudah saatnya melupakan dendam di masa lalu, membuang warisan kebencian, dan menyambung kembali persaudaraan.

Apabila masa lalu dipenuhi dengan konflik dan dendam, hubungan yang renggang dan persaudaran yang terputus, maka di hari yang fitri nanti kita mulai menuju momen untuk mengembalikan ikatan dan hubungan persaudaraan tersebut.

Melalui Idul Fitri, manusia dituntut untuk mengaktualisasikan makna memaafkan. Dengan kata maaf, seseorang bertanggung jawab untuk menjaga perdamaian dan menghindari semaksimal mugkin terjadinya konflik dimasa mendatang.

Melalui Idul Fitri, marilah kita tebarkan perdamaian, saling memaafkan atas kesalahan di masa lalu, berkomitmen untuk menghindari perbuatan dzalim yang merugikan orang lain, serta menatap hari esok dengan optimis dan lebih baik lagi.

Taqobbalallohu minna waminkum,
shiyaamanaa washiyaamakum.