Tawasuth Itu, Bukan Condong Ke Kanan dan Bukan Condong Ke Kiri

250

Oleh: Ahmad Anwar Nasihin
(Ketua MDS Rijalul Ansor Jawa Barat)

Tawasuth adalah prinsif dan pilar Nahdlatul Ulama, NU dari dulu sampai sekarang tetap Tawasuth, konsisten dengan prinsipnya, tapi jangan salah mengartikan tawasuth bukan berarti condong ke kanan dan conding ke kiri, kalau itu tidak punya pendirian namanya, kesana minta kesini minta, kalau istilah sundanya “ngarit” istilah fiqih nya Thowaf ( Memutar).

Tawasuth bukan berarti mengalah dan terus terdiam ketika orang lain mengancam existensi NU, sudah empat tahun akhir akhir ini, NU di serang dan di buly habis habisan, melalui Sosmed dan internet, oleh kelompok Anti NU, kyai kita di kafir kafir kan dan pimpinan kita dihina habis habisan.

Seakan media sosial hanya milik kelompok mereka saja, dan lemahnya kita seakan kita tidak peduli dan terdiam melihat Kyai kita dihina dan di fitnah, cukup saja dengan bahasa biarlah Allah yang membalasnya kita sabar saja.

Loh…Ini kan di Dunia bos..!!

Bukan akhirat kita perlu ikhtiar, Idiologi kita kan bukan Zabariah dan Qodariah-. Jelas jelas ASWAJA, Ikhtiarnya perlu ada tindakan dan keberanian dari kita sebagai kader muda NU.

Kalau hari ini kelompok lain menguasai IT dan medsos. kenapa kita tidak menguasai ?

kelompok kita kan lebih banyak dari mereka, tapi malah mereka yang lebih aktif dan produktif bicara di media walaupun jumlahnya sedikit, bayangkan oleh anda ketika ULAMA kita bicara kemudian ia berbeda pendapat dengan mereka, mereka ribut habis habisan bikin staetmen lagi di media dengan mengatasnamakn NU garis lurus, atau NU kultural, dia kompak se membuli kyai kiyai NU dan menghinanya merupakan pembunuhan karakter terhadap NU.

Ini kan direncanakan, bukan alami,Mereka sudah mendesaign jauh-jauh hari agar NU dan Kyai NU tidak dicintai lagi oleh pengikutnya, dengan berbagai upaya mereka ingin menghabisi NU, tujuanannya NKRI agar segera tenggelam.

Mereka sudah tidak sungkan lagi, menghina Gusdur, Ki Said, Gusmus, Habib Luthfi Dll. Karena apabila petinggi petinggi NU terus di hina kemudian dia mengatasnamakan orang NU kesannya orang NU yang tidak tahu apa apa atau orang NU yang belum kaderisasi akan gampang terpengaruhi oleh mereka.

Akhirnya ikut ikutan menghina NU, padahal dia sendiri orang NU nya. Ya ini lah keberhasilan mereka.

Jadi tujuan mereka apabila sesepuh NU yang kharismatik sudah di hina dan jatuhkan harga dirinya, ya sudah NU pun akan lemah, karena kekuatan NU ada di para kyai, jadi kalau kyai kita di Hina bela dan jaga kehormatannya, sepakat ??

Tawasuth itu, menyaimbangkan diri ketika orang lain semakin berutal, maka kita harus bisa menyeimbangi keberutalannya, apabila kita diam itu bukan tawasuth namanya, tapi terpinggirkan, dan ada di pinggir bukan di tengah.

*Pembahasan ini hasil Diskusi MDS Rijalul Ansor Jabar,
Bersambung,