Selamat Jalan Kang Oim, Sahabatku

304

Selamat Jalan Kang Oim, Sahabatku…

Oleh : H. Subhan Fahmi

Hari itu masih sangat pagi, cuaca dingin Kecamatan Cisurupan begitu menusuk seperti biasanya. Tidak ada yang berbeda seperti hari hari sebelumnya.

Bakda Sholat Shubuh, mengecek handphone seperti sesuatu hal yang rutin, hanya sekedar untuk mencari informasi yang biasanya terlewatkan setelah malam hari. Grup Whatsapp menjadi tujuan awal untuk mengecek informasi.

Innalillahi, Aku tertegun terhenyak seakan tidak percaya, salahsatu grup WA menginformasikan bahwa Oim Abdurrahim telah meninggal dunia. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.

Kulihat lagi berbagai informasi dari GWA lain. Cek juga Facebook. Ternyata sama. Semua menginformasikan bahwa salahsatu putra terbaik Kabupaten Garut itu telah tiada.

Pikiranku menerawang, banyak sekali kenangan yang begitu banyak dengan kang Oim. Bahkan tidak lebih dari satu bulan yang lalu, Kang Oim masih sempat menelponku untuk sekedar ngobrol “ngalor ngidur” khas senior dengan juniornya.

Kang Oim adalah seniorku di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Kabupaten Garut. Di IPNU Garut, Kang Oim adalah salahsatu potret kader paripurna. Merangkak dari Pengurus Ranting, Komisariat dan Anak Cabang sebelum akhirnya berkhidmat begitu lama di Pimpinan Cabang.

Begitu juga dengan karirnya. Setauku Kang Oim adalah politisi yang betul betul datang dari bawah. Datang dari sebuah daerah pelosok Garut, tidak menjadikan penghalang bagi Kang Oim untuk menjadi superstar politik Kabupaten Garut. Diusianya yang masih sangat muda, Kang Oim tercatat sebagai Anggota DPRD Kabupaten Garut. Puncaknya menjadi kandidat Wakil Bupati Kabupaten Garut pada 2008. Meskipun sayang, takdir belum berpihak pada Kang Oim.

Padahal menurut Senior lain yang seangkatan, Kang Oim sebagaimana kader kebanyakan, menghabiskan masa masa di IPNU dengan tinggal di Sekretariat IPNU yang waktu itu di Jalan Cikuray. Tidur di Mesjid beralaskan tikar, makan bersama kader yang lainnya secara bersama-sama diatas nampan bahkan kresek yang dipotong memanjang dengan lauk pauk seadanya.

Ada cerita yang selalu menjadi bagain yang mengiringi Kang Oim, berbeda dengan kebanyakan Kader IPNU atau bahkan NU secara keseluruhan yang menjadikan partai (berwarna) hijau sebagai pilihan karir, Kang Oim memilih PDIP sebagai kendaraan politiknya. Selain itu GMNI pun menjadi organisasi Kang Oim selain IPNU. Bahwa Kang Oim adalah kader “yang tersesat di jalan yang lurus” selalu disematkan untuk Kang Oim. Dan Kang Oim selalu tertawa ketika mendengar hal itu.

Ada banyak cerita antara Aku sebagai junior dengan Kang Oim dari mulai merintis sebagai kader IPNU di Garut sampai terpilih menjadi Ketua IPNU Jawa Barat medio 2006 – 2010. Kang Oim begitu support dan peduli terhadap IPNU dan karirku sebagai organisatoris. Bahkan sebagai karirku sebagai politisi banyak sekali campur tangan Kang Oim. Padahal Aku dan Kang Oim mengambil jalan yang berbeda.

Kang Oim begitu peduli dengan IPNU bukan hanya ketika Aku menjadi ketua IPNU Garut tapi juga terhadap kader kader IPNU sebelum dan sesudahku. Ibarat kata, Kang Oim adalah senior yang menjadi langganan untuk “dipalak” bilamana kami ada kegiatan. Bagi Kang Oim, IPNU adalah bagaian sejarah yang ikut membentuk kehidupan Kang Oim.

Suara ditelpon itu ternyata untuk terakhir kalinya. Aku masih tak percaya. Tapi Aku yakin bahwa Kang Oim pergi sebagai Muslim dan Mukmin. Sebagai Kader IPNU yang sholeh.

Sebagai kader Akang, Aku berjanji akan senantiasa menjalankan apa yang selalu Akang nasihatkan kepada Saya dan Kami. Selamat jalan Kang. Selamat jalan, semoga senantiasa ada dalam maghfiroh Allah swt. Amien.