Prof. Dr. Ateng Syafrudin, SH, Kader Ansor Penggagas Bappeda dan Bappenas

1228

Pada hari Rabu siang (5/9/2012), tepat pukul 14.30 WIB kabut duka menyelimuti kota Bandung. Salah satu putra terbaik bangsa yang telah banyak berkontribusi bagi perkembangan administrasi pemerintahan dan Hukum di tanah air telah tiada. Beliau adalah Prof. Dr. Ateng Syafrudin, SH. Ungkapan kehilangan atas besarnya jasa beliau semasa hidup disampaikan melalui upacara penghormatan para kerabat dan anak didiknya di kampus Universitas Parahyangan Bandung pada esok harinya.

Ateng Syafrudin adalah sosok mumpuni di bidangya. Selain sebagai akademisi, ia juga merupaka seorang praktisi dalam pemerintahan. Semasa hidupnya, sudah banyak rumusan pikiran dan gagasan yang ditorehkan dalam memajukan tata pemerintahan di tanah air. Salah satu gagasan yang tak dapat dilepaskan dari sosok kelahiran Bandung, 28 Agustus 1926 ini adalah perihal pentingnya sebuah lembaga teknis pemerintahan daerah Jawa Barat yang menangani penelitian dan perencanaan pembangunan daerah yang kini dikenal dengan Bappeda. Buah dari pemikirannya ini mengilhami daerah-daerah lain di tanah air, baik kota/kabupaten maupun provinsi untuk membentuk badan yang sama, dan kemudian pada tingkat pusat ranah ini dibentuk Bappenas. Termasuk kehadiran Badan pendidikan dan Latihan yang hampir pada setiap pemerintahan daerah dan departemen pemerintahan ini ada, adalah buah pikiran Ateng Syafrudin juga. Gagasan ini bermula dari usulannya akan pentingnya latihan dan pendidikan bagi pegawai Depdagri.

Massa kecil hingga beranjak Dewasa Ateng banyak dihabiskan di Kota kelahirannya Bandung. Lahir pada lingkungan keluarga kiai,Ateng merupakan cucu KH.Nawawi seorang ulama dan Guru tarekat ternama di Jawa Barat. Lazimnya keluarga kiai, selain belajar agama pendidikan dasar Ateng di HIS (Hollandsch Inlandsche School) dilanjutkan. Pendidikan menengahnya ditempuh di taman dewasa (lulus tahun 1951).

Hidup dalam tempaan masa revolusi, memanggil jiwa nasionalismenya untuk terlibat dalam perjuangan fisik mempertahan kemerdekaan dari upaya-upaya imperialis Belanda kembali menduduki tanah air melalui Barisan Pemberontakan Republik Indonesia (BPRI), sebuah badan perjuangan rakyat yang berafiliasi pada gerakan Bung Tomo di Surabaya. Dalam buku John R.W. Smail Bandung Awal Revolusi 1945-1946 diriwayatkan secara rinci perkembangan dan peran organisasi-organisasi militer baik formal maupun non formal sebagai manifestasi dari sepak terjang para pemuda militan Bandung dalam masa pasca kemerdekaan hingga melestusnya peristiwa Bandung Lautan Api tanggal 24 Maret 1946. Dalam buku Dr. Smail disebutkan bahwa BPRI merupakan salah satu diantara organisasi perjuangan besar pada massa revolusi di Bandung.

Pada tahun 1954, Tahun 1954, Ateng mengikuti pendidikan pegawai Depdagri, kira-kira setara dengan SLTA. Kemudia ia belajar hukum dan pemerintahan dengan masuk fakultas hukum hukum di Unpar pada tahun 1964. Tahun 1967-1969, Ateng mendapat kesempatan belajar di Den Haag, Belanda. Gelar doktor dibidang ilmu hukum tentang koordinasi dalam administrasi pemerintahan di Unpar pada tahun 1975. Di kampus ini pula, pengabdian akademiknya ditempuh dengan menjadi Dekan Fakultas Hukum Unpar pada tahun 1988 hingga 1991.

Keterlibatan Ateng dalam karir pemerintahannya diawali sebagai pegawai pangrehpraja di lingkungan Kabupaten Bandung pada tahun 1944. Mula-mula ditempatkan sebagai jurutulis di kecamatan Bojongloa, lalu pindah ke Buahbatu. Puncak karir pemerintahan Ateng adalah menjabat Kepala Bappeda Jabar pada tahun 1981-1987, diamana sebelumnya sejak tahun 1967-1976 menjabat sebagai Sekda Kota Bandung. Setelah pensiun dari pegawai negeri, Ateng menjabat Rektor Universitas Winaya Mukti (Unwim) Bandung.

Selain berkecimpung di dunia akademik dan pemerintahan, medan pengabdian Prof.Ateng juga tidak terlepas dengan basis sosial kulturalnya. Sebagai seorang nahdliyin, tercatat pada tahun 1960-1965, beliau merupakan Ketua Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Barat. Tak keliru jika kader ada Ansor yang ingin lebih mendalami dunia hukum dan pemerintahan untuk bertawasul sembari mengkaji pemikiran-pemikiran beliau yang telah ditorehkan.

Diolah dari berbagai sumber oleh : Edi Rusyandi