MAPABA dan Penguatan Peran Anggota PMII di Era Keterbukaan Informasi

306

Tasikmalaya, (ansorjabar online)
Pengurus Komisariat PMII STMIK Tasikmalaya dan Politeknik Triguna Tasikmalaya menggelar Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) di area wisata Citiis Sukaratu Kab. Tasikmalaya Sabtu (22/04).

Acara yang merupakan kaderisasi formal tingkat pertama itu mengusung tema Internalisasi Nilai-nilai PMII ditengah era Keterbukaan Informasi. “Tema ini sebetulnya merupakan pengejawantahan ide dan gagasan pengurus komisariat dalam merespon berbagai dinamika sosio digital yang belakangan terjadi”, ujar Ketua Pelaksana Kegiatan, Fahmi.

Banyak mahasiswa terkadang bertanya, apa untungya bergabung dengan PMII, padahal kampus kita mempunyai latar belakang akademik Teknik, bukan hukum, apalagi politik? Berangkat dari pertanyaan itu, kami ingin menjawab bukan dengan jawaban yang mengawang, tapi dengan metode case study (Studi Kasus). “Dengan pola itu, kami berharap peserta MAPABA bisa memahami pentingnya berorganisasi di PMII”, lanjut Fahmi.

Apa yang disampaikan Fahmi, turut diamini oleh Ketua Komisariat PMII STMIK Tasikmalaya, Dhika Hardika. Dalam pesan singkatnya, Dika menyampaikan kegelisahan terkait merebaknya berbagai content negatif dan provokatif bahkan berujung fitnah yang disebar oleh kelompok yang tidak bertanggung jawab. “Dari berbagai persoalan yang hari ini muncul, maka penting bagi kami kader PMII dengan latar belakang TIK, untuk turut berkontribusi mencounter opini media abal-abal yang selalu menebar , dan fitnah”, ucap Dika.

Pasca MAPABA, lanjut Dika. Kami berharap Kader dan anggota PMII di Kota Tasikmalaya, khususnya yang mempunyai latar belakang TIK, agar bisa bersama-sama melakukan counter opini, dan memperbanyak konten positif agar bisa memberikan pesan yang damai dan informatif bagi mahasiswa.

“Dari beberapa perdebatan di media sosial, kami melihat banyak sekali mahasiswa baik di kampus kami atau diluar kampus yang terprovokasi oleh berita-berita yang sengaja disebar oleh kelompok anti NKRI, maka penting bagi kami untuk mengambil peran itu”, tegas Dika.

Internalisasi Nilai-nilai PMII menjadi sangat penting, mengingat hari ini yang menjadi sasaran kelompok anti NKRI adalah segmen pelajar dan  mahasiswa. Bahkan menurut hasil penelitian Wahid Foundation pada tahun 2016, sebanyak 33 % dari 1626 responden meyakini bahwa pelaku bom bunuh diri merupakan contoh muslim yang mempraktekkan jihad sejati. 10 % mendukung serangan Bom Sarinah, dan terakhir, sekitar 6 % responden memberikan dukungannya terhadap ISIS.

Dari gambaran singkat riset itu, bisa terlihat bahwa Mahasiswa dan Pelajar merupakan sasaran utama  kelompok anti pancasila yang perlu diantisipasi bersama, termasuk oleh PMII. (Ajat/a. Arif)