Harlah Pancasila, GP. Ansor Kota Tasikmalaya Gelar Pengajian Maulid Pancasila (Bag.1)

73

Tasikmalaya, (ansorjabar online)
Bertempat di halaman PCNU Kota Tasikmalaya, Rabu malam (31/5), Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Tasikmalaya peringati hari lahir Pancasila dengan pengajian ‘Maulid Pancasila’ yang berformat diskusi Panel. Rencananya, kegiatan ini akan menjadi agenda tahunan GP Ansor Kota Tasikmalaya, papar Opik selaku Ketua Pantia.

Setelah melaksanakan Shalat Isya serta Tarawih berjama’ah, M. Irvan, yang dipercaya sebagai moderator, membuka dan memulai diskusi tersebut. Acara yang dihadiri oleh para pengurus NU, Ansor, Banser, dan IPNU tersebut berakhir sekitar pukul 23.51 Wib. Panelis, sekaligus narasumber yang mengisi diskusi, yaitu dari PCNU KH.Didi Hudaya, dari GP. Ansor Ricky Assegaf dan Jani Noor, kemudian Gus Aos Mahrus selaku Tokoh Muda Pesantren & Sejarawan dan yang terakhir Bung Junaedi Sakat dari DPD KNPI Kota Tasikmalaya.

Sebagai Panelis pertama, Junedi Sakat, atau yang akrab dipanggil Bung Jun, menyatakan bahwa “Peringatan hari lahir Pancasila atau Maulid Pancasila dalam bahasa sahabat-sahabat GP Ansor, memang seharusnya digebyarkan, karena dengan begitu kita akan mengkaji sejarah, bagaimana negara ini didirikan, baik oleh tokoh nasionalis atau agamis, sekalipun pada masa Orde Baru, tanggal 1 Juni masih kalah pamor dengan hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober.”

Bung Jun juga menyampaikan apresiasi terhadap GP Ansor Kota Tasikmalaya sebagai bagian dari Organisasi Kepemudaan, atas inisiatifnya membuat acara Maulid Pancasila, dia juga mengajak bersama-sama untuk lebih menghayati dan mengamalkan 5 butir Pancasila, khususnya tentang keadilan agar bisa menyeluruh bagi rakyat Indonesia.

Panelis kedua disampaikan oleh Jani Noor atau yang suka disapa Nurjani. Ia lebih memperhatikan bagaimana saktinya para Founding Father merumuskan dasar falsafah negara, hanya dalam tempo waktu 3 bulan dapat merumuskan falsafah negara, dimulai sejak tanggal 1 Juni 1945 dan di sahkan pada tanggal 18 Agustus 1945, sekalipun pada prosesnya terjadi diskusi alot, termasuk adanya usulan dari Indonesia bagian timur, yang berakibat munculnya beberapa versi pada Sila Pancasila waktu itu, baik versi Soekarno, versi Muhammad Yamin dan versi Piagam Jakarta. Hingga pada akhirnya Pancasila yang didapati hari ini adalah setelah penetapan 18 Agustus 1945, kata Wkl.Sekretaris PW Ansor ini.

Pada perjalanannya, lanjut Nurjani, Pancasila sebagai dasar negara, hingga sekarang masih mendapatkan resistensi. Bahkan terjadinya pemberontakan dari beberapa kalangan seperti DI/TII, yang diduga masih mempermasalahkan perumusan Pancasila. Padahal, saat itu masih banyak persoalan bangsa yang lebih urgen untuk diselesaikan, daripada mempermasalahkan Pancasila sebagai asas tunggal.

“GP Ansor Kota Tasikmalaya dalam periode Kepemimpinan H. Ricky Assegaf ini berjalan dinamis, sebagaimana seharusnya gerakan pemuda, kapan untuk bergerak dan kapan diam” papar Jani, “Ansor adalah pemuda, jadi, bangor (red: nakal) wajar, dan diamanya Kiai adalah menyetujui. Jadi, lamun (jika) Kang Opik mabet (lempar) Plang HTI dan Pak Didi (Ketua PCNU) diam, berarti Pak Didi menyetujui.” celoteh Nurjani sambil mengakhiri perkataannya. (Dani Kamaludin)