Harlah Ansor, PC GP Ansor Garut Undang Ajengan Mimih

552

Garut, (ansorjabar online)
Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor mengundang Ajengan Mimih Haeruman sebagai penceramah dalam peringatan Harlah Gerakan Pemuda Ansor ke 83 di Pesantren Nurulhuda Cisurupan (24/4).
Dalam ceramahnya selama hampir lebih dari tiga jam, Ajengan Mimih bercerita pengalaman beliau dari semenjak kecil sampai sekarang.

“Satu hal yang selalu diamanatkan abah saya itu adalah doa para kiai. Itu saja,” ujar Kiai nyentrik asal Tasikmalaya ini.

“Bahkan abah saya itu tidak pernah nyuruh saya mau belajar atau tidak, mau ngaji atau tidak, pintar atau tidak. Yang terpenting doa para guru,” lanjutnya.

Beliau juga bercerita bagaimana dulu sehabis sekolah SD disuruh abahnya untuk melanjutkan ke pesantren.

“Padahal abah saya juga punya pesantren. Saya ingat pertama kali datang ke pesantren pakau celana pendek. Heueuh pan dititah ka pasantrena oge euker ngadu kaleci,” ceritanya disambut tawa hadirin.

Awalnya dirinya menganggap bahwa abahnya seperti membuangnya ke pesantren.
“Karena kata abah saya itu yang penting doa dan kasih sayang dari kiai dari ulama. Maka saya waktu di pesantren jarang ngaji. Lebih sering maen tagoni,” kenang ajengan Mimih yang juga membuat para hadirin tertawa.

Dirinya bercerita sempat menjadi juara se Kebupaten Tasikmalaya. “Nah karena jadi juara se kabupaten sehingga membawa nama harum pesantren, akhirnya saya jadi disayang sama kiai saya,” ujarnya disambut tepuk tangan hadirin.

Ajengan Mimih juga bercerita kalau kesuksesannya selama ini karena turut pada Kiai. Ajengan yang kini menjadi Ketua Umum Pagar Nusa menceritakan kalau dirinya bisa terpilih menjadi ketua umum tidak lain karena doa dan khidmatnya kepada kiai.

“Saya tidak pernah bermimpi jadi apa. Satu hal yang selalu saya lakukan. Dimanapun saya berada saya selalu minta doa para kiai. Oleh karena itu bagi bapak dan ibu mendidik anaknya ke pesantren itu sudah benar,”

Ajengan Mimih menilai sengkarutnya Negara hari ini karena kurangnya para pejabat pemerintah menghargai para kiai. “Dulu itu pejabat yang datang ke kiai. Sekarang justru mereka minta didatangi. Akhirnya apa? Yang terjadi pemerintahnya kualat. Ajengannya jadi kurang berkah. Makanya saya mengajak ayo datangi kiai lagi minta doanya,” nasihat Ajengan Mimih.

Dirinya juga bercerita bagaimana hari ini dirinya digadang gadang untuk kembali menjadi Ketua Umun Pagar Nusa.
“Saya tetap pegang, kalau kata kiai saya harus maju. Saya maju. Tapi kalau kata kiai saya pulang kerumah saya pulang.

Dulu saya disuruh pulang kerumah oleh Gusdur, padahal saya tidak punya rumah. Tapi saya yakin. Saya pulang, bukan hanya rumah yang saya dapat. Tapi pesantren pun, almhamdulillah bisa terwujud. Jadi kuncinya satu, yakin akan doa para kiai.”

Selain diisi tablih akbar, rangkaian harlah juga diisi dengan Khotmil Quran.(idham)