Beberapa Catatan Problem Kaum Perempuan Masa Kini

535

Oleh : Asep Ebet Kadarusman

Perempuan adalah sosok mahluk yang diciftakan Alloh SWT dari tulang rusuk kaum  laki-laki. Begitulah hakikatnya. Masih dalam konteks religiusitas yang sipatnya haqiqi, perempuan ini adalah mahluk istimewa. Ia adalah perhiasannya dunia. Hal ini Paralel dengan Hadits Nabi Muhammad SAW. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, ibnu Nisa’i & ibnu Majah:

“Dunia adalah perhiasan. Dan sebaik-baiknya perhiasan adalah perempuan sholelah”.

Terlepas dari konteks hadits tersebut dimaksudkan kepada istri (wanita yg sudah berkeluarga) atau pun konteks perempuan secara universal. Namun pointnya adalah, perempuan yang sholehah adalah perhiasannya dunia. Mendukung hal tersebut, Rasululloh SAW kembali menyanjung perempuan dalam Hadits nya:

“Satu Perempuan sholehah itu, lebih baik daripada 70 laki-laki sholeh”.(HR.Muslim)

Disamping itu pula, perempuan adalah mahluk penyayang, dan Alloh maha Penyanyang, sangat mencintai mahluk yang penyayang. Suatu ketika, Rasululloh SAW ditanya oleh seorang sahabat & beliau menjawab:

“Do’a perempuan itu lebih makbul daripada doa Laki-laki. karna (do’a) orang penyayang tidak akan sia-sia”.

Tinjauan Naqliyah diatas, cukup lah bahwa perempuan itu sangat diistimewakan oleh ajaran Islam. Namun..melihat kontek hari ini, perempuan seperti kehilangan “ruh”nya. Berikut ini penulis hendak menguraikan beberapa problematika dalam dunia perempuan.

  1. Kelahiran
    Ditinjau dari Angka kelahiran, mulai sejak dasawarsa 80-an, seorang ibu lebih banyak melahirkan anak perempuan. Ini seperti berita buruk, terutama bagi pemerintah. Belum lagi mendengar para pemuka agama yang mengatakan, bahwa tanda-tandanya akhir zaman adalah jumlah perempuan akan lebih banyak daripada laki-laki.
    Sehingga menyebabkan pemerintah mengalami fhobia dalam hal populasi kependudukan. terutama bagi kaum ibu. Akhirnya muncullah program KB. lengkap dengan variabel & instrumen pendukungnya, seperti alat kontrasipsi, kondom, pil ini dan itu. Sehingga perempuan seolah menjadi kelinci percobaan bagi program pemerintahan.
  2. Ekonomi
    Ditinjau secara ekonomi, perempuan memiliki peranan yg cukup penting dalam mengelola dan mengatur ekonomi, sekaligus juga sebagai korban dari pergolakan ekonomi. Bagaimana tidak, perempuan sekarang sudah mengalami dis-orientasi, yang kadang-kadang dijadikan objek komoditas ekonomi. Akibat kurangnya pemahaman tentang analisis gender, sehingga kaum perempuan bukan lagi sebagai subyek, namun telah menjadi obyek ekonomi.

Hal ini senada dengan ungkapan A.Bretto da Motta, bahwa “perempuan-perempuan terutama di Brazil, telah menjadi barang ekonomi, akibat dari kemiskinan & kurang nya kesejahteraan”.

  1. Strata sosial di Masyarakat
    Perempuan masih minus perhatian. Baik dilihat oleh pemerintah, maupun di masyarakat. Ada sebuah adagium Sunda yang berbunyi “awewe mah ka dapur,sumur jeng ka kasur”. Hal ini mencerminkan bahwa strata perempuan hanya berkutat di sekitar rumah saja. Ini menyebabkan kaum perempuan kian terlelap dan sulit untuk beranjak.

    Namun begitu, kaum perempuan tidaklah hanya menjadi obyek dalam sebuah kalimat yang harus sesuai dengan EYD(ejaan yang disempurnakan). Ia juga bisa berperan sebagai subyek, terutama dalam dunia yang serba complicated seperti sekarang ini.

Lihatlah tokoh- tokoh perempuan yang pernah menggetarkan poros sejarah. Mulai dari Siti Hajar, Siti Aisyah, Siti Khadijah. Hingga Ratu Cleopatra, Ratu Balqis, Cut Nyak Dien, R.A Kartini dan Dewi Sartika. Ternyata hanyak sekali tokoh- perempuan yang mampu banyak beraksi di panggung sejarah.

Sekarang bagaimana ?
Menurut hemat penulis, perlu adanya orientasi yang bisa memutar haluan paradigma berpikir kaum perempuan. Terutama dalam menyikapi modernitas , tata letak serta ruang publik bagi perempuan. Namun jangan salah kaprah lagi. Emansipatoris yang dimaksudkan untuk mengangkat derajat perempuan, malah menjadi salah kaprah lagi.

Perempuan di posisikan di luar dibidang keahliannya. Sehingga awalnya baik, akhirnya sedikit demi sedikit perempuan kembali menduduki kasta ke-obyektifitas-annya. Namun apabila yang lebih di kedepannya itu adalah sisi ke-peminiman-nya, maka menurut penulis itu lebih nyaman menduduki sesuai tupoksinya.
Kemajuan perempuan harus digenjot dari sisi atitude, kreatifitas dan keahliaanya. Serta juga, terus disokong oleh perhatian pemerintah yang sipatnya pembinaan. Ahirnya..kaum perempuan ini, insya Alloh mampu berbicara banyak dalam peradaban sejarah manusia.

Perempuan, secara kodratnya memang hanya sekedar pendamping bagi kaum Adam. namun seperti ungkapan Silvia Federici, bahwa perempuan juga bisa menjadi seekor macan yang mengaung dan menggetarkan peradaban rimba belantara. Syaratnya adalah kaderisasi sejak dini. Tidak cukup dengan kajian-kajian di desa dengan Ibu-ibu PKK nya, Namun juga harus digembleng sedini mungkin, mulai di sekolah-sekolah, pesantren, juga sekarang harus mulai sensitif gender. Terutama penanaman nilai-nilai keagamaan, sosial dan kemandirian, maka, seperti yang diungkapkan diatas, kita akan punya generasi- generasi neo Kartini, neo Cut Nyak Dien dan neo Dewi sartika. Terakhir, saya kutif hadits Nabi “pemuda hari ini, adalah pemimpin hari esok”. Namun pemuda-pemuda gagah ini tidak akan lahir, tanpa perempuan- perempuan hebat.

*Selamat Hari Perempuan

Wallahul muwaafiq ilaa aqwaamith thoriq

Penulis adalah Kader GP Ansor Kabupaten Tasikmalaya