Wahid Hasyim Rantai Penghubung Pesantren dengan Dunia Modern

76

Wahid Hasyim Rantai Penghubung
Pesantren dengan Dunia Modern

Semarang—KH. Abdul Wahid Hasyim satu diantara tokoh bangsa, sosok intelektual dan birokrat yang menghubungkan antara peradaban pesantren dan Indonesia modern. “Wahid Hasyim pembangun jembatan kultural yang sangat rumit, yakni antara kehidupan muslim Indonesia yang masih diselimuti pola hidup tradisional dengan kehidupan modern yang asing”.

Gus wahid juga berupaya keras membangun jembatan antara kubu Islam dengan nasionalis guna menyempurnakan bangunan kebangsaan yang saat itu tengah digagas. Hal itu terkuak dalam bedah buku The Founding Father Pesantren Modern Indonesia Jejak Langkah KH. A Wahid Hasyim pada Sabtu (21/10) di Aula UNiversitas Wahid Hasyim Semarang.

Ruchman Basori penulis buku ini mengatakan, semula buku ini merupakan tesis penulis di Pascasarjana IAIN Walisongo (sekarang UIN) dengan judul Pembaharuan Madrasah dan Sekolah Menurut KH. A Wahid Hasyim. Terbit untuk pertama kali pada Juli 2006 dan dicetak untuk kali kedua pada oktober 2008.

Sosok KH. A Wahid Hasyim menarik untuk di tulis menurut Ruchman Basori dengan pertimbangan, Kyai Wahid Hasyim seorang tokoh muda yang dilahirkan dalam tradisi pesantren salafiyah yang kokoh, lalu mampu menembus batas-batas modernitas; Selain itu “pemikiran dan gerakannya mencerminkan seorang pemimpin pemberani, kritis dan sangat fenomenal untuk zamannya” tambahnya

Bagi Ruchman, ayahanda Gus Dur ini adalah peletak dasar-dasar kebangsaan yang berangkat dari pesantren. Islam berdialog dengan nilai-nilai kebangsaan, sehingga mampu menjembaani kepentingan kelompok nasionalis dengan agamis, modernis dengan tradisionalis lintas agama, sosial dan berbagai latar belakang;

Dinatara gagasan pembaharuan pendidikan Islam Wahid Hasyim adalah mendirikan Madrasah Nidzamiyah di Pesantren Tebuireng, sebagai tonggak dimulainya pendidikan umum masuk pesantren. “Tidak semua santri akan menjadi kyai, karenanya perlu dibekali dengan ilmu-ilmu umum seperti ilmu hitung, ilmu ukur, bahasa Belanda dan lain-lain” katanya.

Pada saat menjabat Kementerian Agama Wahid Hasyim melakukan langkah yang fenomenal, diantaranya memasukan pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolah, memberikan batuan pada madrasah-madrasah swasta, mendirikan PGA dan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI).

Dalam hal strategi pembaharuan pendidikan pesantren dan madrasah, Kyai Wahid Hasyim dikatakan berhasil, karena apa yang dilakukan putra Hadratus Syaih Hasyim Asy’ari ini tidak urban bias, mengakar dan menyentuh akar rumput (grass roote); “meskipun membawa aroma modern, namun tidak menghilangkan hal-hal yang tradisioanalis” katanya

Faktor lainnya adalah KH. A Wahid mumpuni, baik dari sisi kecerdasan, geneologis, dan latar belakang sebagai aktivis pergerakan nasional.

Bedah buku diselenggarakan dalam rangka ulang tahun Komisariat PMII UNiversitas Wahid Hasyim Semarang dan peringatan Hari Santri. Tidak kurang dari 300 mahasiswa menghadiri acara ini, para dosen dan civitas akademika lainnya.

Komisariat PMII Unwahas harus berperan sebagai penyebar paham, ajaran dan gerakan yang dilakukan oleh KH. A Wahd Hasyim. Secara historis, akademis, idiologis dan model gerakan, semoga bisa menginspirasi tokoh besar ini sang pembangun jembatan atau rantai penghubung antara yang tradisionalis dan modernis, kata Ruchman. (Pipo)