Manajemen Organisasi dan Kaderisasi Persfektif IPPNU

569

Oleh : Dhilla Nuraeni Azzuhri (Wakil Sekretaris 1 PW IPPNU Jawa Barat/ Mahasiswa Sakolah Pasca Sarjana UNINUS)

Sebagai aktivis organisasi, seringkali kita mendengar istilah manajemen dan organisasi. Sehingga, pada akhirnya akan timbul pertanyaan-pertanyaan seperti, apa yang dimaksud dengan kata manajemen sendiri, apa organisasi nirlaba itu? dan bagaimana proses manajemen organisasi nirlaba ini berjalan dalam bingkai organisasi IPPNU? Pemahaman yang baik mengenai wilayah teoritis ini nantinya akan sangat membantu proses kita sebagai kader untuk menjalankan roda-roda organisasi yang kita ikuti. Khususnya IPPNU.

Jika ditinjau secara etimologis, manajemen berasal dari kata manage dan ment yang memiliki makna “governing body” atau mengatur tubuh. Namun secara terminologis, manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran dan biasanya dilakukan oleh pimpinan organisasi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Atau lebih jelasnya manajemen dapat didefinisikan sebagai bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling).

Setelah memahami makna kata manajemen, sekarang kita beranjak pada pengertian organisasi sendiri. Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang terkait dalam hubungan formal dalam rangkaian hirarki untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Jadi pengertian manajemen organisasi adalah proses pengorganisasian, perencanaan, memimpin dan mengendalikan sumber daya dalam suatu entitas dengan tujuan keseluruhan mencapai tujuan.

Suatu manajerial yang terstruktur dengan baik merupakan suatu yang urgent dalam bingkai organisasi. Perlu kita sadari bersama bahwa ada banyak organisasi besar yang mampu bergerak secara progresif dan tidak berjalan dengan stagnan hanya karena proses manajerialnya yang sangat baik. Proses manajerial yang baik biasanya dipengaruhi oleh sosok nahkoda atau pemimpin yang memiliki kepemimpinan atau leadership yang baik juga. Lebih lagi, ketika kita berbicara mengenai organisasi nirlaba yang tidak memiliki sokongan dana dari manapun.

Menjadi seorang pemimpin sebaiknya mampu menghasilkan output yang dapat dijadikan sebagai stakeholder dalam organisasi untuk kedepannya dari input yang ada. Masa depan dan kemajuan sebuah organisasi tergantung bagaimana stakeholder-stakeholder ini dapat dilahirkan, khususnya pada organisasi-organisasi nirlaba seperti IPPNU.
Sering kali kita mendengar dan mengetahui secara empiris bahwa tidak banyak input yang bisa diolah dalam organisasi nirlaba. Input yang dimaksud dalam pembahasan ini ada mengenai kader. Baik kader yang telah ada atau kader yang baru masuk. Pembahasan mengenai pengolahan kader adalah penting untuk dilakukan karena organisasi bisa berjalan karena adanya kader. Proses manajerial ini bisa seperti ini:

Dapat dipahami bahwa apa yang telah digambarkan di atas hanyalah sedikit pengetahuan mengenai manajemen organisasi. Disini memiliki pandangan bahwa apa yang dituliskan adalah yang menjadi dasar bergeraknya roda-roda organisasi, khususnya organisasi nirlaba. Proses sesungguhnya bukan pada wilayah teoritis melainkan ada pada wilayah praksisnya di lapangan.

Proses manajerial diatas akan lebih luas jangkauannya seperti bagaimana nanti pembagian tugas seperi adanya konseptor (top manager) dan eksekutor (middle manager). Bukan sokongan dana yang menjadi fokus utama dalam organisasi nirlaba, tapi kader adalah menjadi fokus utama dalam proses manajemen organisasi sendiri.

Di sinilah IPPNU bertugas sebagai investasi civil society masa depan. IPPNU lahir sebagai organisasi kader, salah satu ciri penting organisasi kader adalah penekanannya pada aspek pengkaderan. Dengan kata lain, IPPNU bertugas mencetak “generasi besar” yang siap melakukan pertempuran di medan juang yang kian ganas. Berjuang untuk menciptakan kondisi ideal (ideal future) dipastikan akan semakin menantang. Karenanya dibutuhkan gerakan yang ideal dan massive. Untuk melakukan gerakan yang ideal dibutuhkan kader ideal pula. Disinilah proses kaderisasi menemukan momentum pengkaderan dan tentu dengan sistem, aturan dan manajemen yang berkualitas dan terencana serta konsep yang paradigmatik.

Ada tiga Paradigma pengkaderan yang dapat dipilih untuk pendekatan kepada kader yaitu paradigma konservatif, paradigma liberal dan paradigma transformatif. Di antara tiga paradigma itu, IPPNU memiliki perspektif transformatif sebagai landasan pengkaderan. Dengan perspektif ini, maka paradigma pendidikan yang dipilih pun pararel dengan gerakan transformatif IPPNU. Itu artinya, paradigma pendidikan IPPNU memandang akar persoalan sosial terletak pada struktur sosial yang ada, di satu sisi, dan di sisi lain lemahnya kapasitas kepemimpinan perubahan masyarakat.

Dengan perspektif tersebut, maka paradigma pengkaderan IPPNU diarahkan untuk membentuk sikap kritis terhadap realitas sosial eksternal di satu sisi, dan membentuk kader yang ideologis, militan, kreatif, profesional, memiliki kapasitas manajerial dan kepemimpinan yang memadahi, serta berakhlakul karimah di sisi lain. Dalam konteks IPPNU, maka kesadaran struktural yang dibangun, sesuai dengan fokus dan konsentrasi perjuangannya, minimal pada wilayah kebijakan pendidikan.

Paradigma pengkaderan seperti inilah yang diyakini dapat membentuk kader IPPNU yang mampu menjawab tantangan sosial eksternal sesuai dengan fokus gerakan perjuangan IPPNU sekaligus menjawab kebutuhan internal organisatoris IPPNU.