PKD VI Ansor Indramayu Di Ikuti “Wahabi”

2856

(INDRAMAYU) – Idiologi wahabi belakangan menjadi sorotan akibat kiprah penggeraknya yang mengharamkan tradisi seperti peringati Isra Mi’raj di Indonesia dan kerap mendakwahkan Islam dengan mengafirkan siapapun yang tidak sepaham.

Kini di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat tidak akan lagi kader “Wahabi” melakukan hal demikian mengingat telah lulus ikuti kaderisasi tingkat pertama Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) Badan Otonom (Banom) Nahdlatul Ulama (NU), Gerakan Pemuda (GP) Ansor di Ponpes Alqur’an Petuah 2 Kecamatan Jatibarang.

Kader “Wahabi” juga berhasil mengikuti secara tuntas seluruh materi agenda yang digelar Sabtu-Minggu (6-7/5). Lebih dari itu, Wahabi juga sukses meyakinkan panitia dan Pimpinan Cabang (PC) GP Ansor di Kota Mangga itu dan telah dipastikan layak diberikan sertifikat sebagai legitimasi resmi menjadi bagian dari keluarga besar Ansor NU.

Tidak ada yang berbeda dengan peserta yang lain, kader “Wahabi” tanpa menolak idiologi Ahlusunnah Waljamaah dalam setiap sesi materi ke-NUan. Bahkan pasca mengikuti PKD keenam tersebut telah menyatakan kesiapanya menjadi sales dan atau mendakwahkan Islam ala NU kepada masyakat dan aktif di media sosial untuk melawan idiologi yang memberikan label syirik bagi peziarah wali songo yang dilakukan mayoritas ummat Islam di Indonesia.

“Saya siap menjadi sales NU dan melawan idiologi wahabi di masyarakat maupun di media sosial serta ikut menjaga ulama NU dari fitnah,” ujar pria bernama Wahabi itu.

Sekretaris PC GP Ansor Kabupaten Indramayu Supriyadi mengaku kaget awalnya mendengar hal tersebut, akan tetapi bukan nama yang disematkan yang tidak baik melainkan idiologi Wahabinya yang selama ini meresahkan ahli tahlil ziarah kubur dan penjaga tradisi dan budaya yang sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.

“Semoga kader baru Ansor mas Wahabi bisa miliki militansi kuat dan aktif meluruskan segala ajakan dari ajaran kelompok transnasional kepada masyarakat, menebar Islam Nusantara ala NU, Islam ramah bukan marah yang merangkul bukan memukul,” harapnya. (pay)