“Memimpin itu bertindak bukan hanya posisi” (Refleksi menyambut tahun-politik politik)

151

Kesempatan memimpin yang diamanahkan mestinya sepenuhnya digunakan untuk kemaslahatan umum bukan kesenangan pribadi apalagi memperkaya diri. Terlebih jika disekelilingnya masih banyak orang orang yang Faqir dan miskin.

Lebih dari itu, sejatinya pemimpin membawa kenyamanan,ketentraman, ketenangan,keindahan, ketertiban dan segala kebaikan yg mejadi fitrah keinginan manusia pada umumnya.

Ambisi menjadi pemimpin itupun keniscayaan yang sulit dihindari bagi setiap manusia, namun sifat ambisius yang menjurus kepada gaya hidup, gengsi, memperkaya diri, ingin menjadi yg terhormat adalah merupakan wujud kecerobohan yang membinasakan diri bahkan orang lain.

Atas dasar itu silahkan berkeinginan menjadi pemimpin, apapun itu asalkan luruskan niat untuk kemaslahatan orang banyak. Pada negara demokrasi saat ini sangat terbuka ruang bagi siapapun untuk memimpin sebuah hirarki yang tersedia dan itu kesempatan bagi jiwa jiwa pemimpin untuk mengaktualisasikan cakrawala befikir dan berbuatnya. Namun ingat untuk memimpin tidak mesti menjadi posisi pemimpin melainkan bertindaklah untuk kemaslahatan orang banyak, maka disitulah hakikatya kepemimpinan.

Yang siap majulah dengan kebijaksanaan, kearifan, ilmu dan pengalaman dan niat yang tulus, berkorban demi kemajuan. Dan jika disitu ada masa atau periode maka berikan kesempatan orang untuk ada pada masa dan periode tersebut agar regenerasi itu terwujud agar menjadi figur yang dikenang dalam masa ke emasan. Merasa diri kita paling kuat, paling bisa, paling berkuasa maka semua itu adalah boomerang untuk masa depannya.