MEMILIH ULAMA

111

MEMILIH ULAMA

“Kelembagaan ulama itu warisan dari para Nabi”… begitu mafhum dari dawuh “innal ulama’ warasatul anbiya’” yang saya pahami. Pewaris para Nabi adalah sebuah kelembagaan ulama, bukan satu atau dua orang ‘alim (tunggal dari ulama).
Untuk menjadi ulama tidak cukup hanya dengan memakai gamis dan sorban saja. Untuk menjadi ulama harus jelas nasab dan keilmuannya. Seorang ulama tidak hanya dilihat dari ucapannya. Tetapi yang lebih diperhatikan oleh para muridnya adalah perbuatannya. Apa artinya ucapan yang lantang dan tegas serta memukau akan tetapi amalannya jauh dari apa yang disampaikan.
Alloh SWT berfirman dalam Al-Quran surat yasin ayat 21 yang artinya “Senangnya berjamaah ke masjid, lembut tutur katanya, bicaranya hikmah yang mengajak hijrah menuju Allah, tegas menyampaikan yang haq, tampak sekali kerendahan hatinya, wajahnya murah senyum bercahaya, ikhlasnya mengajar tanpa minta upah apalagi bertarif. Ikutilah mereka yang berdakwah yang tidak minta upah, merekalah hamba-hamba Allah yang mendapat hidayah Allah”
Rasulullah bersabda dalam haditsnya “Akan muncul di akhir zaman orang-orang yang mencari dunia dengan agama. Di hadapan manusia mereka memakai baju dari bulu domba untuk memberi kesan kerendahan hati, lisan mereka lebih manis dari gula, namun hati mereka adalah hati serigala (sangat menyukai harta dan kedudukan). Allah berfirman, “Apakah dengan-Ku (kasih dan kesempatan yang Ku-berikan) kalian tertipu ataukah kalian berani kepada-Ku. Demi Dirik-Ku, Aku bersumpah. Aku akan mengirim bencana dari antara mereka sendiri yang menjadikan orang-orang santun menjadi kebingungan (apalagi selain mereka sehingga mereka tidak mampu melespakan diri darinya).” (HR. At Tirmidzi).
Zaman sudah semakin maju,dunia semakin terbuka semua informasi gampang diterima oleh semua kalangan. Sambil duduk ditemani secangkir kopi kita bisa mencari informasi mengenai apapun yang ada di dunia. Berhati-hatilah dalam mencari tauladan pandai-pandailah kita dalam mencerna informasi
Afif Saefulmillah