Hari Santri Nasional ; Momentum Peringatan dan Perjuangan

83

Hari Santri Nasional ; Momentum Peringatan dan Perjuangan

Oleh : Samsul Rizal (Anggota Satkorcab Banser Kabupaten Sukabumi)

Serentak pada tanggal 22 Oktober esok, seluruh pelosok tanah air akan samgat dimeriahkan dengan diperingatinya Hari Santri Nasional. Dengan tema “Santri Mandiri, NKRI Hebat” diharapkan bisa menjadi pemacu semangat bagi para santri dalam proses penggalian dan pengamalan ilmu dalam rangka mengisi kemerdekaan ilmu.

Pembahasan tentang hari santri ini menjadi unik karena kita bisa memanfaatkan ini sebagai momentum peringatan dan perjuangan kedepannya. Hal ini bisa terjadi karena secara penglihatan sederhana santri merupakan orang atau pelajar yang sedang menggali dan mendalami keilmuan di pesantren. Tetapi ternyata santri juga mempunyai peran yang sangat urgen dalam kehidupan bermasyarakat, bahkan dalam sejarahnya santri ini sangat berkontribusi besar dalam proses mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Atas dasar itulah pemerintah mengeluarkan Keppres No. 22 Tahun 2015 tentang Peringatan Hari Santri Nasional sebagai hari besar nasional.

Dalam buku Laskar Ulama – Santri & Resolusi Jihad (Zainal Milal Bizawie:2014) dikatakan bahwa santri adalah kelompok yang taat menjalankan rukun islam serta sangat memperhatikan penafsiran moral dan sosial dari doktrin islam. Jelas bahwa nyantri itu bukan hanya sebatas belajar ilmu agama melainkan bagaimana caranya ilmu agama yang dipelajari dan dipraktekan itu bisa menjadi amal shaleh yang bersifat individual maupun komunal.

Telah tadi sedikit dipaparkan di atas bahwa santri ini pernah memberikan kontribusi besar dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tepatnya pada tanggal 21- 22 Oktober 1945 perwakilan kyai se-Jawa dan Madura berkumpul di Kantor Hofdsbestuur NU atau HBNU (sekarang PBNU) berkesempatan berkumpul untuk membahas situasi perjuangan dan membicarakan upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang mana saat itu kemerdekaan Indonesia mulai digoyahkan dengan Agresi Militer Belanda, sehingga keluarlah Resolusi Jihad dari Rais Akbar NU, Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari. Yang mana poin dari fatwa jihad itu diantaranya berbunyi : (1) hukumnya memerangu orang kafir yang merintangi kepada kemerdekaan kita sekarang ini adalah fardlu ain bagi tiap-tiap orang islam yang mungkin meskipun bagi orang fakir; (2) hukumnya orang yang meninggal dalam peperangan melawan NICA serta komplotannya adalah mati syahid; (3) hukumnya orang yang memecah persatuan kita sekarang ini wajib dibunuh. Atas dasar fatwa itulah rasa herois para santri meledak sehingga upaya merusak kemerderkaan Indonesia mampu diredam dan digagalkan. Banyak sekali efek dari dikeluarkannya fatwa itu, termasuk pergolakan-pergolakan melawan penjajah yang mencoba kembali masuk ke Indonesia.

JIHAD MASA KINI
Setelah meresapi semangat perjuangan para pendahulu, tugas kita sebagi penerus melanjutkan upaya-upaya tersebut sesuai dengan medan yang dihadapi. Ada idiom bahwa pergerakan yang baik adalah pergerakan yang sesuai dengan ruang dan waktu dihadapi, mungkin peluru dan puluhan rudal tidak terlihat namun sangat jelas bahwa masih banyaknya penyerangan-penyerangan yang bersifat massif ingin merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Tugas kita semua sebagai anak bangsa meng-counter atau membentenginya. Bahwa kata jihad harus diresapi dan dijiwai secara ulang, memang kata jihad sudah lumrah diartikan sebagai perang melawan musuh di medan pertempuran tetapi sebenarnya ada syarat-syarat yang harus ditempuh jika kita akan melakukan jihad seperti jihad itu harus bersifat defensif, mempunyai maksud menghilangkan fitnah, menciptakan perdamaian dan mewujudkan kebajikan serta keadilan. Beberapa poin itulah yang harus kita ingat ulang dalam upaya melakukan upaya-upaya jihad yang sesuai dengan zaman dan kondisi sekarang. Begitulah kiranya kita harus memaknai tentang jihad masa kini.

Walhasil, hari santri nasional ini kita maknai sebagai momentum peringatan sekali meneruskan jejak langkah perjuangan orang-orang shaleh terdahulu.

“Darah dan Nyawa Telah Kuberikan, Syuhada Rebah Allahu Akbar, Kini Bebas Rantai Ikatan, Negara Jaya Islam Yang Benar”