Bom Kampung Melayu, Bukti Urgensinya Ansor

336

Garut, (ansorjabar online)
Indonesia kembali diguncang bom. Kejadian yang terjadi di Kampung Melayu membuat prihatin semua pihak. Tak terkecuali Kepala Satuan Koordinasi Wilayah Banser Jawa Barat, Yudi Nurcahyadi.

Ditemui di kediamannya, di Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut, Yudi mengungkapkan prihatin dengan kembali terjadinya aksi teror di Indonesia.

“Saya prihatin. Siapapun itu, pelakunya ataupun siapapun yang terlibat adalah penjahat kemanusiaan,” ujar Yudi.

Menurut Yudi, dirinya yakin bahwa pelaku teror bukanlah jihadis seperti yang selalu mereka yakini.

“Seperti apa yang selalu dikatakan oleh ulama nahdliyyin, mereka mati konyol. Bukan jihad seperti yang mereka yakini,” kata Yudi.

Namun, katanya para pelaku teror itu adalah korban dari agitasi yang tidak bertanggung jawab dengan kedok menjalankan agama.

“Mereka itu korban orang yang tidak bertanggung jawab. Oleh karenanya saya yakin Ansor dan Banser adalah benteng untuk melakukan deradikalisme,” tegas Yudi.

Kedepan menurut Yudi, intensitas kaderisasi akan semakin diintensifkan. Yudi yakin, kaderisasi adalah model tepat untuk melawan terorisme. Pemahaman ideologi, menurut Yudi, harus dilawan dengan ideologi.

“Sudah mendesak. Bahkan sudah sangat mendesak. Terorisme tidak bisa ditoleransi. Mereka merusak tatanan. Semua tatanan termasuk ekonomi,” ujar Komandan Banser Garut tiga periode ini.

“Sebetulnya mereka itu bela siapa sih,” tanya nya.

Dirinya meminta agar publik tidak berspekulasi terkait terorisme. Mengaitkan aksi teror dengan isu isu yang lain.

“Jangan sampai isu ini di justifikasi untuk mengalinhkan isu lah apa lah. Operasi untuk melemahkan agama lah. Jangan. Sekali lagi jangan. Karena kalau publik bersuara begitu, maka mereka terorisme akan semakin senang dan yakin karena seola olah mendapatkan dukungan publik,” tutur Yudi.

Yudi mengharapkan semua pihak bergandengan tangan untuk melawab radikalisme yang menjasi fundamen para kaum teror.

“Kita harus dukung kepolisian. Kita dukung pemerintah. Jangan justru mendelegitimasinya. Saya sedih banyak di medsos justru berpendapat yang aneh aneh. Gimana kalau keluarganya yang jadi korban?,” pungkasnya.