Wafatnya KH. Amin Siroj dan Masa Depan Pesantren Gedongan

837

Wafatnya KH. Amin Siroj dan Masa Depan Pesantren Gedongan

Innalillaahi wa inna ilaihi raaji’uun. Telah wafat kiai sepuh, guru kita sekalian KH. Amin Siroj, pimpinan Pesantren Gedongan, Ender, Kabupaten Cirebon, pagi tadi sekira pukul 04.30 WIB di salah satu Rumah Sakit Umum Daerah di Kota Cirebon. Untuk yang kesekian kalinya, Kabupaten Cirebon berduka, ditinggal wafat oleh seorang kiai yang alim dan bersahaja.

Pesantren Gedongan adalah salah satu Pesantren besar di Kabupaten Cirebon, selain Pesantren Babakan, Ciwaringin, Buntet Pesantren, Pesantren Kempek dan lain sebagainya. Selain konsen pada kajian kitab kuning, Pesantren Gedongan terkenal sebagai Pesantren yang mampu mencetak banyak para penghafal Al-Qur’an. Karenanya sepeninggal Al-Maghfurlah, para santri dan umumnya masyarakat Pesantren Gedongan wajar apabila merasakan duka mendalam.

Saya sendiri santri di Pesantren Babakan, Ciwaringin, tetapi hampir semua Pesantren di Kabupaten Cirebon mempunyai hubungan kekerabatan yang erat satu sama lain. Untuk itulah setiap momen haul, saya selalu menyempatkan hadir di setiap tahunnya. Untuk apalagi kalau bukan ‘ngalap berkah’ para kiai. Termasuk ketika haul tahun 2017 dan haul-haul sebelumnya, Al-Maghfurlah KH. Amin Siroj tampak duduk di kursi roda. Tampak sekali kondisi kesehatannya menurun karena memang usianya telah sepuh.

Hebatnya, meskipun secara fisik menurun, semangat Al-Maghfurlah KH. Amin Siroj untuk mendidik santri dan membangun Pesantren Gedongan tak pernah padam. Dalam kesempatan sambutan setiap momen haul, Al-Maghfurlah KH. Amin Siroj selalu menampilkan wajah yang sumringah, wajah yang khas, mirip sekali dengan wajah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA–yang tak lain adalah keponakan Al-Maghfurlah sendiri. Bicaranya tegas, lugas dam fasih.

Atas kepergian Al-Maghfurlah KH. Amin Siroj, kita boleh berduka dan bersedih, tetapi tentu tidak berlarut. Kita harus mendoakan Al-Maghfurlah agar bahagia dan mendapat kasih sayang Allah Swt. Kita mesti meneladani dan melanjutkan perjuangan Al-Maghfurlah dalam memajukan Pesantren Gedongan. Di tangan Al-Maghfurlah, Pesantren Gedongan betapa pesat. Al-Maghfurlah adalah inisiator pendirian sejumlah lembaga pendidikan formal di Gedongan. Pesantren Gedongan terus menata zaman, menatap masa depan. Para santri terus dibekali sejumlah kecakapan hidup. Pesantren Gedongan betul-betul kontekstual dengan kondisi zaman. Pesantren Gedongan banyak melakukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk penguatan kapasitas para santri.

Sependek yang saya tahu, Al-Maghfurlah tidak diragukan lagi kealimannya. Beliau mahir dalam disiplin Nahwu dan Sharaf. Beliau juga kreatif mengarang sebuah nazham (syiir) berbahasa Arab. Kebiasaan membaca nazham karangannya sendiri inilah yang acap kali dibacakan beliau pada saat momen haul. Beliau juga sangat peduli dengan keberadaan NU dan nahdliyin muda. Beliau kerap menjadi tempat mengadu dan curhat banyak kalangan. Selebihnya, beliau sosok yang bersahaja.

Beruntung Al-Maghfurlah KH. Amin Siroj mampu mengkader banyak penerus. Salah satunya adalah putranya sendiri yakni Dr. KH. Wawan Arwani Amin yang kini menjadi Rais Syuriah PCNU Kabupaten Cirebon. Dan tentu masih banyak lagi para regenerasi santri yang mumpuni untuk terus melanjutkan transformasi Pesantren Gedongan ke arah yang semakin progresif.

Akhirnya, meskipun secara fisik Al-Maghfurlah akan dikebumikan dan hancur, tetapi tidak dengan spirit dan ruhnya. Spirit dan ruh Al-Maghfurlah akan senantiasa hidup dan membekas di hati para santri, keluarga dan umumnya masyarakat. Itu semua karena keteladan dan keikhlasan Al-Maghfurlah KH. Amin Siroj. Semoga Al-Maghfurlah mendapat tempat yang mulia di sisi-Nya.

Wallaahu a’lam.

Mamang M Haerudin (Aa)

Kantor Urusan Agama Karangwareng, 7 Agustus 2017, 09.58 WIB.