Refleksi Hari Tani, PC. IPNU Garut Soroti Keengganan Pelajar Hari ini untuk bertani

46

Bagi kalangan Nahdlatul Ulama petani merupakan unsur penting berdirinya Republik Indonesia, hal tersebut terekam dalam ungkapan Hadratus Syaikh Mbah Hasyim Asy’ari dalam kitab Amalil Khuthaba

“Bapak Tani adalah Gudang kekayaan, dan dari padanya itulah negeri mengeluarkan belanja bagi sekalian keperluan. Pak Tani itulah penolong negeri apabila keperluan menghendakinya dan diwaktu orang pencari-cari pertolongan. Pak Tani itulah pembantu Negeru yang boleh dipercaya untuk mengerjakan sekalian keperluan negeri yaitu diwaktunya orang berJbalik punggung (tak sudi menolong) pada negeri; dan Pak Tani itu juga menjadi sendi tempat negeri didasarkan”.

Dalam rangka mereflesikan Hari Tani Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kabupaten Garut menyoroti minat para pelajar terhada pertanian dan profesi tani.

M. Yasir Alawi selaku Wakil Ketua V Bidang Sosial Budaya mengungkapkan pentingnya pelajar dalam menyoroti isu pertanian dewasa ini terutama dalam hal apa yang harus disapkan kalangan pelajar sebagai satu entitas pelajar mempunyai peran yang sangat besar untuk meneruskan kekuasaan yang sudah ada saat ini. Sejarah pun juga membuktikan bahwa kalangan pelajar turut berperan penting dalam kemerdekaan.

“Di mana saja, di negara mana saja, kemerdekaan tak pernah luput dari peran kalangan pelajar. Karena pelajarlah yang paling bersemangat dan ambisius memperjuangkan perubahan dalam setiap sektor kehidupan masyarakat termasuk pada sektor pertanian, karena sektor pertanian merupakan sektor yang paling penting disetiap negara kehususnya Indonesia” Ucap Alawi melalui pernyataan langsung kepada redaksi kami pada Jum’at sore, (24/09/2021).

Yasir Alawi saat ini telah terjadi fenomena dimana berkurangnya minat para pelajar untuk terjun dalam bidang pertanian dan harus menjadi kondisi dimana perlu diperhatikan dengan serius.

“Hal ini menjadi sangat penting, mengingat banyaknya desa yang ditinggalkan oleh para pelajar yang keluar untuk melanjutkan pendidikannya. Mereka juga lebih memilih profesi lain di kota-kota besar yang lebih menjanjikan dari pada ikut berbaur dengan para petani yang ada didaerahnya” terang Alawi

Yasir Alawi juga menyayangkan sikap pelajar saat ini pada umumnya yang memiliki pemikiran bahwa bertani adalah pekerjaan yang menjijikan, melelahkan, membosankan, dan tidak efektif untuk mendapatkan uang, untuk mendapatkan hasil yang memuaskan perlu bekerja panas-panasan, hujan-hujanan, dan juga harus menunggu lama untuk mendapat hasil panen.

“cara berpikir seperti itu tentunya akan berimbas pada sektor pertanian terutama pada sektor ketahanan dan kedaulatan pangan Indonesia. Penyebab dari ini semua tidak lain karena membudayanya pandangan bahwa bertani adalah pekerjaan kelas dua, disamping masih sempitnya kesadaran dan pemahaman akan potensi pertanian.Padahal dengan munculnya isu tentang bonus demografi, harapannya para pelajar ikut berperan dalam ekonomi pedesaan. Guna membangun pertanian yang lebih baik dan kuat, demi tercapainya ketahanan pangan di masa depan” tutur Alawi

PC. IPNU Garut berharap peran pelajar kedepan dalam pertanian mampu menciptanya sistem atau konsep-konsep baru dalam dunia pertanian, ataupun teknologi baru sehingga mampu memaksimalkan produktivitas meskipun dengan lahan yang seminimum mungkin dan juga memanfaatkan potensi tanaman pertanian di tiap-tiap wilayah pertanian di Indonesia.

Sehingga ketergantungan pada satu dua jenis tanaman makanan pokok tidak perlu terjadi. Dengan begitu diharapkan bisa memberikan hasil maksimal tergantung wilayah sesuai potensi tanaman di daerah tersebut.