Perang Ideologi, “Tabayun” Sudah Tidak Relevan

467

BANDUNG (AnsorJabar Online),-
Keberadaan Sosial Media (Sosmed) kini tengah gencar-gencarnya digunakan untuk menghujat, membenci bahkan hingga perbuatan fitnah sekalipun oleh sekelompok orang kepada kelompok lain.

Fenomena tersebut kini tengah dialami oleh Nahdlatul Ulama yang kini tengah dijadikan sasaran utama serangan yang membabi buta dari pihak yang sengaja ingin menghancurkan NU dari bumi Indonesia. Tak tanggung-tanggung, serangan tersebut sengaja ditunjukkan kepada para Ulama sebagai symbol kebesaran organisasi.

Betapa tidak, dalam serangan tersebut gencar digelorakan jika amaliyah NU yang dibawa oleh Wali Songo tersebut di Bid’ah Dholalahkan (sesat), Ulama Khos NU difitnah dan martabatnya diruntuhkan.

“Kita ingin semuanya paham. Bahwa proses sekarang ini telah terjadi perang idelogi. Namanya perang, bila mana kita diserang, maka sudah menjadi hukum harus menyerang balik,” ujar Ketua PBNU, KH. Robikin Emhas saat memberikan narasumber dalam acara Kopdar Netizen NU Jawa Barat di Aula Dakwah PWNU, Jalan Terusan Galunggung, No.9, Kota Bandung, Kamis (19/1/2017).

Dirinya menegaskan, jika dalam posisi diserang oleh pihak lain, maka langkah utamanya bukan mendorong dilakukannya Tabayun (klarifikasi) akan tetapi bagaimana melakukan serangan balik tentunya dengan narasi yang beradab.

“Ini adalah perang. Ketika kita diserang, maka kita juga wajib menyerangnya namun dengan redaksi dan narasi yang positif. Itu jauh lebih penting daripada kita menyerang balik dengan cara-cara yang tidak beradab,” katanya.

Dirinya juga memaklumi jika NU dengan idelogi Aswajanya merupakan halangan terbesar bagi kelompok tertentu yang bukan bersumber dari bumi nusantara, yakni kelompok takfiri.

“Mereka punya jaringan dan akses pendanaan yang kuat dan siatem yang canggih. Dengan begitu, mereka sudah mengasah kemampuannya yang kemudian punya target utama bahwa NU harus runtuh di 2025 mendatang,” jelasnya.

Namun, dirinya juga mengaku prihatin dengan naifnnya warga NU yang belum sempat mengkonsolidir atas berbagai situasi mutakhir seperti saat ini. Untuk itu, dirinya mengingatkan agar kesadaran harus dibangun dengan baik dengan melakukan langkah konsolidasi organisasi.

“Kesadaran keyakinan kita yang tidak tercurahkan kepada adik-adik kita akan pemahaman kondisi tersebut mengakibatkan ketika keyakinan kita diserang, kita gagap dan tidak bisa berbuat banyak Karena kita sendiri masih gaptek di sosmed,” pungkasnya. (Ade Mahmudin)