NU AKAN ABADI

130

Oleh Kurnia P.Kusumah

Ada satu postingan yang berjudul, “Kalah Inovasi Akhirnya Tumbang”, sub judulnya; Menakar Nasib NU, seakan-akan ingin memberi “warning” kepada NU, 10 tahun kedepan NU bisa hanya tinggal “papan nama” jika tidak inovatif dan tidak memenuhi tuntutan umat.

Belajar dari kebangkrutan Nokia dan Sony yang meremehkan  inovasi dan tidak memenuhi tuntutan pasar, tergilas  android smartphone. Yahoo meremehkan facebook, malah facebook menjadi raksasa dan merajai dunia. Seyogyanya NU juga harus inovatif dan bisa mengikuti tuntutan zaman.

“Kehadiran beberapa ormas semacam FPI, menjadi kompetitor terkuat sangat mungkin menggilas fanatisme Ke-NU-an di kalangan Nahdliyin”.

Postingan itu seakan-akan meletakan NU seperti organisasi partikulir; seraya berusaha meyakinkan pembaca, ormas Islam yang tidak inovatif dan tidak memenuhi tuntutan umat akan ditinggalkan umatnya. SI dan Masyumi menjadi hanya tinggal sejarah dan mungkin sebentar lagi NU.

Saya seribu persen tidak percaya dengan postingan “ngeyel” kayàk gitu. Pembaca bisa terbius jika hanya berpegang pada buku “Third Wave”, Alvin Toppler yang menuhankan hukum pasar supply-demand. Bahkan terpesona pada  fakta cepatnya perubahan sosial seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dalam memasuki era digital saat ini.

Mari kita lihat sejarah berdirinya NU dan FPI;

1. a. NU dilahirkan atas kesadaran spiritual yang tinggi, tanpa pamrih, lihat qonun asasi NU; pada tahun 1926, Kiai Kholil Bangkalan memberi wasiat kpd Kiai Hasyim Asy’ari atas  isyarat mimpi bertemu Rosulullah SAW untuk mendirikan NU.

1. b. FPI lahir atas kepentingan politik pada tahun 1998, pecahan dari Pam Swakarsa bentukan Panglima TNI Wiranto untuk melindungi Soeharto dari gerakan reformasi mahasiswa.

2. a. NU memiliki basis pesantren-pesantren, yg sehari-hari para santri digembleng dg pendidikan akhlak dan ilmu kitab-kitab klasik dan Al-quran demi mendekatkan diri kpd Allah Swt.

2. b. FPI beranggotakan para pemuda yang sehari-hari berdagang, bisnis MLM, ada pula yang serabutan,  tidak jelas pekerjaannya.

3. a. NU memiliki AD/ART dan Muktamar; mekanime pergantian pemimpin secara berkala 5 tahunan dan memiliki struktur kepengurusan dan organisasi yang jelas.

3. b. FPI memiliki struktur organisasi simple dan ramping yang hanya cocok untuk demo, tidak pernah mengalami pergantian kepemimpinan, dari dulu sampai sekarang imamnya Habib Rizieq, komandannya Munarman.

Sementara itu Masyumi berdiri 1945, dilahirkan atas kemauan politik, masuk dalam kancah politik (ikut pemilu) sampai akhir hayatnya terkubur dalam pangkuan politik.

SI lahir dari SDI (Sarikat Dagang Islam) berdiri 1905, adalah kumpulan para pedagang yang menghimpun diri atas kesadaran agama, namun masuk dalam kancah politik (ikut pemilu) sampai akhirnya tenggelam didunia politik.

Sedangkan NU dilahirkan atas itikad agama, kemudian pernah masuk dalam kancah politik( ikut pemilu )namun kembali ke kitthah 1926, atau kembali ke spirit awal sebagai ormas keagamaan. Suatu keputusan politik untuk meninggalkan politik.

Apa yg dimaksud dengan inovasi? dalam rangka memenuhi tuntutan umat? Pemikiran ini adalah cara berfikir marketing, memasarkan produk supaya bisa dibeli konsumen. Ada proses transaksi tukar- menukar. Kedua pihak  harus ambil keuntungan. Apakah NU juga harus mengambil keuntungan?

Mari kita lihat Al quran surat An Nissa ayat 3;
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, serta Ulil Amri diantara kamu, kemudian jika kamu dan berselisih dalam satu perkara, maka kembalikanlah perkara itu kepada Allah dan Rasul, kalau mau benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih bagus dan lebih baik kesudahannya”.”Maka orang-orang yang beriman kepadaNya (kepada Rasulullah) maka memuliakannya, membantunya dan mengikuti cahaya (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”.

Keuntungan yg dimaksud bukan keuntungan yg diberikan oleh pasar. Konsumen puas lalu memberi imbalan.
Bukan itu. NU mengambil keuntungan berupa keselamatan di dunia dan diakherat yang diridhoi Allah Swt. Bukan keuntungan seperti Alvin Toffler; keuntungan duniawi yang rentan; seperti jabatan politik atau pemasukan dollar yang melimpah.

Tugas NU hanya menyampaikan risalah, hasilnya terserah kepada hidayah Allah Swt. NU bertransaksi dengan langit, sedangkan pandangan  Alfin Toffler dalam rangka bertransaksi dengan manusia. Bertransaksi dengan manusia itu nisbi; seperti pasang surut air laut, sekarang untung besok bisa rugi, atau seperti rotasi bumi, pergiliran; sekarang singa besok bisa jadi kucing, atau sebaliknya.

Sedangkan NU menjaga tradisi keislaman warisan para waliyullah; mengurus umat dari lahir sampai matinya; Marhabaan, Manaqiban, Barjanji, Mauludan, Tahlilan, dan Talqinan. Saya meyakini tradisi ini akan abadi- lestari sampai kiamat, karena sesungguhnya umat  membutuhkan”teman” sehidup-semati.

Saya ingat dulu KH. Wahab Chasbullah pernah mengatakan;  NU itu ibarat kereta api; ada masinis sang pemimpin, gerbongnya panjang, rutenya jelas, stasiunnya tertentu. Pergi dan pulangnya sesuai jadwal dan aturan.

Sedangkan FPI ibarat taxi “supir tembak” rutenya semau-maunya yang dianggap paling singkat. Penumpangnya sedikit. Sebagaimana supir tembak, dia mau nyupir manakala bakal dapat untung, tapi menghilang jika tidak ada muatan. Aksi 411 kemarin kebetulan ada momentum penistaan agama, sang supir tembak seakan-akan ketiban durian, mendapat berkahnya.

Saya kira NU akan tetap eksis sepanjang pesantren-pesantren dibawahnya tetap eksis, dan NU akan abadi sepanjang pengurusnya lillahita’ala memegang amanah. Sedangkan FPI identik dengan Habib Rizieq, saya kira usianya akan paralel dengan usia Habieb Rizieq. Mungkin akan tenggelam dan punah,10 tahun lagi.

Wallohu’alam Bi al-Showab