KH Ma’ruf Amin: NU Kadang Digas, Kadang Direm

299

Jakarta, NU Online
Rais ‘Aam PBNU KH Ma’ruf Amin menegaskan, NU memiliki pedoman yang jelas sehingga apa pun perkembangan yang adal di tubuh ormas yang didirikan para kiai ini harus dikembalikan pada pedoman tersebut.

Namun, bukan berarti pula NU mandek alias tak mengikuti perkembangan zaman. Kiai Ma’ruf mencontohkan peristiwa pada Munas NU di Bandar Lampung pada tahun 1992 sebagai upaya mendinamisasi pola bermadzhab di NU yang sebelumnya hanya terpaku pada teks ulama klasik menjadi teks sekaligus metodologi mereka. Inilah fase pergeseran dari madzhab qauli menuju madzhab manhaji.

“Kita tetap bermadzhab tapi bukan hanya qaulan (secara tekstual), tapi qaulan juga manhajan (secara metodologis),” katanya di hadapan peserta Rapat Kerja Nasional Lembaga Dakwah PBNU yang digelar di Pesantren Al Tsaqafah, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (20/2).

Dengan demikian, kata Kiai Ma’ruf, NU tidak statis dalam menghadapi perubahan keadaan, tapi di saat yang sama juga tetap berada dalam rel yang jelas. Ketika proses pendinamisasian itu melampaui batas hingga pada taraf liberalisasi, menurutnya NU berkewajiban untuk melakukan tashfiyatul fikrah atau penjernihan pemikiran.

“Terlalu statis di-tathwir (didinamisasi), terlalu maju di-tashfiyah (dijernihkan). Sekali waktu digas, tapi sekali waktu direm karena terlalu cepat,” paparnya.

Menurut Kiai Ma’ruf, corak keberagamaan NU meliputi tiga pola berpikir sekaligus, yakni moderat, dinamis, dan metodologis. “Saya selalu menyebut fikrah nahdliyah itu tawasuthiyan wa tathawwuriyah wa manhajiyan,” tuturnya.

Forum dihadiri Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin, Ketum PBNU KH said Aqil Siroj, perwakilan dari Kementerian Sosial, ketua Lembaga Dakwah PBNU KH maman Imanulhaq, dan segenap pengurus Lembaga Dakwah PBNU. (Mahbib)

Sumber :NU Online