Peringati Isra Mi’raj, Ajengan Bubung: Aswaja harus Kaffah dalam Amaliyah, Fikrah dan Harakah

259

Tasikmalaya, (ansorjabar online)
Adanya kelompok tertentu yang mengaku Aswaja karena merasa telah mengamalkan al-Quran dan Hadits, mengakibatkan gencarnya serangan-serangan terhadap tradisi Islam yang telah diwariskan oleh Wali Songo dan para Ulama Nusantara yang berkarakter lentur, fleksibel, dialogis serta mengakomodir kearifan lokal, tanpa harus terjebak dalam dogma pengkafiran ataupun pemusyrikan.

Pimpinan Pondok Pesantren al-Mukhtariah Mangkubumi Aj. Bubung Nizar mengungkapkan bahwa pergerakan kelompok Islam tekstualis yang ingin menyingkirkan tradisi, benar-benar tidak mengerti metode dan historis dakwah di bumi Nusantara.

Hal ini, disampaikan Aj. Bubung dalam Peringatan Isra wal Mi’raj, di Gedung Dakwah Islam Tamansari, pada Jum’at siang (21/4). yang dilaksanakan oleh Pimpinan Anak Cabang Ansor Tamansari.

“Tradisi keagamaan masyarakat kita merupakan tradisi yang diwariskan oleh para Ulama pendahulu yang lebih faham dan Rasyid daripada Ustaz-ustaz yang sering ceramah di TV. Akan tetapi, saat ini, kebiasaan salafus-shalih sedang mendapatkan berbagai tantangan dari kelompok-kelompok Islam trans-nasional Wahabi yang menjelma dalam berbagai organisasi, seperti Hizbu-t-Tahrîr, Ikhwânu-l Muslimîn, Majelis Tafsir Al-Qur’an dan sebagainya, yang berasal dari Timur Tengah, anehnya semuanya sudah dilarang disana. Ini kan ironis sahabat-sahabat, terusir dari rumahnya kemudian buat kegaduhan di rumah orang lain.” kata Alumni Ponpes Miftahul Huda Manonjaya ini.

Menurut Aj. Bubung, cara terbaik saat ini untuk membendung faham-faham tersebut, tiada lain dengan memaknai hikmah dari Isra wal Mi’raj Nabi besar Muhammad SAW.

“Perjalanan Nabi di alam Naasuth adalah dari mesjid ke mesjid,,, Minal Masjidil harom ilal Masjidil Aqso.. Kita ambil hikmah, masjid kita jadikan benteng pertahanan faham Ahlussunnah Waljama’ah an-Nahdliyyah. Kembali ke mesjid, kuasai mesjid dengan beribadah dan tradisi islam warisan Ulama kita, jangan sampai masjid kita ajengannya Ustaz-ustaz titipan kelompok yang ingin menghilangkan tradisi Islam saat ini.” tambah Ketua Majlis Dzikir dan Shalawat Rijalul Ansor Kota Tasik ini.

Aj. Bubung berpesan, agar generasi penerus Islam seperti halnya Ansor haruslah belajar dan meneladani Sayyidina Abu Bakar.

“Mari perhatikan Abu Bakar as-Siddiq RA, beliau orang pertama yang mempercayai Isra wal Mi’raj, tatkala banyak diantara para Sahabat ragu, bimbang bahkan murtad lagi, tetapi Abu Bakar teguh dan kokoh jadi benteng pertama yang meneguhkan keimanan para Sahabat dalam menyikapi peristiwa Isra Mi’raj, begitupun bagi seluruh Jama’ah Jam’iyah NU bukan hanya mangaku sebagai warga NU dan turunan NU karena amaliyahna,  tapi jadilah warga NU yang Kaffah. Yakni.. Amaliyah an-Nahdiyah, Fikrah an-Nahdiyah dan Harakah an-Nahdiyah. Ini harus benar dipahami oleh seluruh Jamaah NU, agar bukan hanya mengaku NU sebatas faham amaliyahnya saja, tapi idiologi “Fikrah” dan pergerakan “Harakahnya” sesuai dengan ke-NUan yang menyeimbangkan antara keagamaan dan kenegaraan…beragama dan berbangsa pertanda manusia yang baik..seimbangHablumminannas dan Hablumminalloh.” tandas Aj. Bubung.

Dalam peringatan Isra Mi’raj tersebut, hadir ketua Ansor Tamansari Elan Hudayanto, Wakil Ketua PC Ansor Tasik Bid. Ekonomi Wahid, pengurus, anggota Ansor-banser, IPNU-IPPNU, Lurah serta Staf Kel. Tamansari dan warga masyarakat.(a. Arif)