Keringat Tidak Akan Lupa Jalan Pulang

827

Oleh Kang Deni Ahmad Haidar, ketua PW Ansor Jabar.
(Editor, Ahya)

Dalam berorganisasi, khususnya di NU dan banom-banom NU seperti IPNU, IPPNU, ISNU, ANSOR, FATAYAT dan yang lainnya, terapkanlah konsep berladang.
Jika tujuan berladang adalah panen, maka tujuan dari organisasi adalah Mardotillah.

Proses seorang petani untuk bisa panen harus melalu beberapa tahapan, dari mulai menyiapkan benih/ bibit unggul yang terbaik dari yang baik, menyemai, menyingkirkan hama, menyingkirkan rumput yang tidak berguna, memupuk bahkan sampai dua kali pemupukan, kemudian setelah terlihat berisi, harus tetap dijaga sampai benar-benar cocok untuk dipanen. Dan bahkan setelah dipanen, misalnya padi. Untuk berubah menjadi nasi, harus melalui tahapan-tahapan lagi.

Begitupun dengan berorganisasi, menyiapkan bibit yang terbaik disini adalah prinsip, bukan hanya pada manusianya, karena baik versi manusia itu relatif, baik menurut si A, menurut di B belum tentu. Jadi bibit yang baik disini adalah Niat yanh ikhlas. Lalu setelah niat yang ikhlas kita harus menyemainya dengan banyak bersilaturahmi, memupuknya dengan mengaji, banyak membaca dengan konsep rasa ingin tahu yang besar. Kemudian menyingkirkan hama, hama disini bisa jadi ambisi demi kepentingan pribadi.

Namun faktanya, kita ribut kapan panen, sedang menyiapkan bibit pun belum pernah. Ada yang menyiapkan bibit, kita cegal, isu inilah isu itulah, dia antek yahudi, pemikirannya liberal, memecah belah rakyat atau bahkan penyuka janda, “eh”.

Ironis sebagai suatu bangsa yang mengharapkan peradaban gemilang, namun masih terselimuti kemalasan yang gitu-gitu aja tanpa ada tindakan, ada yang bertindak, dia cegat, ada yang bergerak dia bajak, mau sampai kapan kita selalu bertikai soal prasangka penghilang rumput dan hama, tapi tidak berunding soal tipe benih yang benar, kapan memupuk yang tepat dan waktu memanen yang menguntungkan.

Mulailah untuk menghargai prinsip yang lainnya, mereka bergerak bukan malah kita cegat tapi kita juga sama bergerak, karena Keringat tidak akan lupa pulang untuk memberi martabat. Siapa paling banyak mengeluarkan keringat, dialah yang muncul sebagai pemimpin terhebat.
Pesantren Al-Faridyyah, Sempur, Plered-Purwakarta (Ahad, 12 Februari 2017).