Jangan Jadikan NU Sekedar “Ojeg”

213

Sindangkerta, (ansorjabar online)

Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi besar, baik secara jam’iyah (organisasi) maupun jama’ah. Besarnya organisasi yang didirikan para ulama Nusantara ini seringkali menimbulkan problematikanya tersendiri, baik diantara pengurus maupun hubungannya dengan kejamaahan.

Hal tersebut dikatakan oleh Rois Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bandung Barat KH. Aa Maulana dalam acara Sarasehan Nahdliyyin yang digelar di Pondok Pesantren Al-Ghuroba, Sindangkerta,KBB,  Sabtu (20/05/2017).

Salah satu diantara problematika Ke NU-an itu, menurut Aa Maulana, adalah menyelaraskan tiga domain Nahdliyyah baik dikalangan pengurus maupun jama’ah.

“Kita menyadari bahwa Nahdlatul Ulama (NU) di Bandung Barat masih dalam tahapan. Mudah-mudahan acara sarasehan ini menjadi bagian ikhtiar menjadi NU yang lengkap dan paripurna,” kata Pimpinan Pesantren Daarunadwah Cipongkor ini.

Kemudian, dihadapan ratusan ajengan dan aktivis nahdliyyin, Aa Maulana memaparkan beberapa fenomena ke NU-an. Adanya kesenjangan antara fikroh, harokah dan amaliyah.

“Pertama, NU amaliyah. Mereka yang baru bisa melaksanakan amaliyah nahdliyah, seperti cukup tahlil, qunut, ziarah kubur dll. Orang akan mudah menyusup ke kita dengan pura-pura praktek demikian,” ujarnya.

Kedua, ada NU yang baru sebatas struktural. Mereka yang yang terlibat di kepengurusan NU, namun secara fikroh belum seutuhnya. Bahkan, tidak sedikit diantara pengurus NU yang hanya mengikuti politiknya saja.

“Tidak sedikit diantara pengurus NU yang jalan pikirannya belum sampai. Ada yang NU ini mengikuti politiknya saja. Menjadikan NU sebagai kepentingan politik. Karena dengan menjadikan NU sebagai kepentingan politik, jelas sangat menguntungkan. Ibaratnya NU itu ojeg, hanya dijadikan kendaraan politik,” tuturnya.

Ber-NU dengan lengkap, menurutnya, yaitu adanya keselarasan baik dari segi pemikiran (fikroh), gerakan (harokah) dan amaliyah.

“NU lengkap itu atributnya NU, pikirannya harus NU, gerakannya juga harus NU dan amaliyahnya juga NU. Karenanya, dalam menyikapi apapun semua harus mengikuti arah dan kebijakan tertinggi di organisasi NU,” pungkasnya. (edi).