Aktualisasi Pemikiran dan Kejuangan Hadratus Syaikh KHM Hasyim Asy’ari

307

Jakarta, (AnsorJabar Online)

Ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan
Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari Tebuireng mengadakan Seminar Nasional Pemikiran Hadratusyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dengan tema Keislaman dan Keindonesiaan Aktualisasi Pemikiran dan Kejuangan Hadratusyaikh KH.M.Hasyim Asy’ari di gedung Nusantara V komplek DPR/MPR RI Senayan Jakarta, Sabtu, 6 Mei 2017.

Peserta seminar adalah alumni Pesantren Tebuireng yang tergabung dalam wadah Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) Jabodetabek dan perwakilan utusan Ikapete dari propinsi se-Indonesia.

Hadir sebagai pembicara antara lain Prof.Dr.KH. Tolhah Hasan (Mustasyar PBNU), Prof.Dr. Din Syamsudin (mantan Ketua Umum PP.Muhammadiyah), Dr.KH. Lukman Hakim Saefudin (Menteri Agama), Jendral purn. Dr. H. Wiranto (Menkopolhukkam), Dr. H. Zulkifli Hasan (ketua MPR RI), dan DR.(Hc) Ir. KH. Solahudin Wahid (Pengasuh Pesantren Tebuireng).

Hadir pula para undangan tokoh nasional, tokoh agama lintas organisasi, tokoh perempuan, dan lain-lain.

Dalam sambutannya Solahudin Wahid selaku penasehat Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari Tebuireng menyampaikan pentingnya menelaah dan meneladani pemikiran dan kejuangan Hadratusyaikh Hasyim Asy’ari untuk menjaga dan meneguhkan nilai-nilai kebangsaan keindonesiaan saat ini ditengah riuh gempitanya sebagian kecil kelompok islam yang menginginkan perubahan konsep dasar negara Indonesia.

Dengan mengaktualisasikan pemikiran dan nilai-nilai perjuangan Hadratusyaikh KH.M. Hasyim Asy’ari diharapkan bangsa ini dapat mengerti cita-cita dan keinginan para pendiri bangsa ini.

Sementara itu, Prof.Dr.KH. Tolhah Hasan menjelaskan bahwa peran Hadratusyaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam mendirikan kedaulatan Indonesia melalui NU maupun pesantren Tebuireng telah diakui banyak pihak. Resolusi Jihad, Perumusan Piagam Jakarta, dan faham ahli sunah wal jama’ah NU yang digagas beliau menjadi catatan penting dalam tonggak perjuangan merebut kemerdekaan dan mendirikan negara Indonesia.

Tolhah Hasan juga menegaskan bahwa keinginan sekelompok kecil umat islam untuk mengganti sistem ketatanegaraan indonesia diakibatkan kurang lengkapnya pemahaman islam yang mereka ketahui.

Setidaknya di dalam mengkaji islam itu harus meliputi aspek doktrinal, historial, dan kultural sebagaimana yang dianjurkan oleh Hadratusyaikh KH. Hasyim Asy’ari.

Melengkapi pemaparan tersebut, Din Syamsudin menjelaskan bahwa sistem ketatanegaraan model khilafah yg dikenal dalam islam hanyalah ada di zaman khulafaur rasyidin setelah wafat rasulullah saw, bukan semasa rasulullah saw hidup.

Pasca khilafah maka penguasa islam menjadi sistem kerajaan dengan penekanaan menonjolkan klan arabisme dan keluarga, seperti bani umayyah, bani abasiah, fatimiyah, ayubiyah, usmani, dll.

Sementara itu Lukman Hakim Saifudin selaku Menteri Agama menyatakan bahwa pemikiran Hadratusyaikh KH. Hasyim Asy’ari di dalam membangun bangsa ini sudah sangat selaras dengan konsep Islam rahmatan lil ‘alamin.

Bahwa Hadratusyaikh adalah ulama yang memberikan opsi pilihan-pilihan kepada bangsa ini melalui NU sangat brilian. Seperti opsi aqidah silahkan memilih Asy’ariah atau Maturidiah, fiqib memilih Maliki atau Hanafi atau Syafii atau Hambali silahkan, yang penting dalam bingkai Ahli sunah wal jama’ah.

Menkopolhukkan Wiranto menyampaikan bahwa seluruh isi Pancasila memuat konsep islam yang sangat berbobot dan universal.
(Adi/Zang)