Ini klarifikasi Ajengan Abdul Wahid Soal Statemen di Media HTI

444

Cianjur (ansorjabar online)
Ajengan Abdul wahid Al -Qudsi yang juga Pimpinan Pondok Pesantren Al-Musyarofah Warung Kondang, Cianjur mengklarifikasi soal statementnya “Hizbut Tahrir di Hati Saya, Akan Saya Bawa Ke Syurga,” yang dimuat di laman bdg.news

Ajengan yang akrab di sapa Kang Wahid itu membantah pernyataan tersebut secara tegas. bahwa dirinya bukan lah HTI, namun dirinya pun mengakui hadir dalam acara HTI yang dilaksanakan di Bandung.
Pada (15/4/2017)

“Saya tuh NU tulen mulai orang tua saya, kakek, buyut, embah semua orang NU, memang betul saya datang ke Acara Hizbut Tahrir atas nama pribadi dan dorongan dari kiai – kiai dari luar daerah dan sebelumnya saya memiliki kedekatan dengan Hizbut Tahrir bahkan dekat dengan pimpinan – pimpinan nasional dan pernah berbicara dengan wakil ta,mir Internasional HTI,” tegas kang Wahid kepada Ansor Jabar Online saat ditemui di kediamannya kemarin (22/4/2017).

Adapun soal pernyataan “Hizbut Tahrir di Hati Saya, Akan Saya Bawa Ke Syurga,” itu balaghah dan merupakan kalimat majaz, maksudnya, kalimat tauhid yang tergambar dalam bendera HTI akan tetap ada dihati dan dibawa hingga meninggal karena kunci masuk syurga adalah mengakui tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Bukan berarti HTI yang akan di bawa ke syurga.

“Saya menyatakan Allahuma ij’al akhira kalamina inda intiha’i ajalina La ila Illa Allah Muhammadur Rasulullah/ Ya Allah, jadikanlah akhir kalimatku ketika datang ajalku adalah La Ilaha Illa Allah, karena miftahul Jannah la ilaha Illah bahkan hingga saya meninggal saya akan mengakatan la ilaha Illah muhammadur rosulullah,”kata kang Wahid

Beliau menghimbau kepada keluarga besar NU khususnya GP Ansor dan Banser tidak kagetan dengan ini lantaran Kang Said pun (Ketua Umum PBNU) sering sekali menghadiri acara – acara Syiah seperti peringatan tragedi karbala dan lain – lain.

“Ini merupakan gerakan siasah dari figur sentral kang said dan guru saya kiai Syukron ma,mun yang memang menjiwai gerakan seperti ini, jadi bahasa tasawufnya tajalliyatul harokah artinya bersemayam dalam pergerakan untuk mengetahui gerakan Islam radikalisme,” terangnya.

Kang wahid menyampaikan, bahwa soal kajian khilafiah dan syariat, memang di ajarkan di pesantren seperti ajaran dalam fathul mu,in yang membicarakan bab hudud, Zinayah dan Ridah atau dalam Al – Ahkam Al – Sultoniah.

“Saya bicara itu, bukan berarti mengajarkan pemahaman ke HTI annya dipesantren, tapi intisari syariat yang ada dalam kitab – kitab kuningnya yang saya ajarkan,” tegasnya.

Beliau menyampaikan bahwa di Cianjur sudah ada 11 Pondok Pesantren wahabi ekstrim. Dirinya menghimbau agar melakukan dakwah semasif mungkin melalui berbagai cara, jangan kalah dengan gerakan HTI.(Muhammad Sopwan)