Ikut Mengembangkan NU, Ini Daftar Kyai-kyai Berpengaruh dari Tanah Pasundan

974

Ansor Jabar Online – Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia dalam perkembangannya selalu diisi oleh kyai-kyai dari seluruh penjuru Nusantara. Sebagai organisasi modern, NU telah melahirkan banyak sekali gagasan tentang keislaman dan keindonesiaan melalui muktamar.

Begitu banyak rekam jejak kyai-kyai berpengaruh yang mengisi Nahdlatul Ulama termasuk para Kyai dari Jawa Barat.

Sampai muktamar NU ketiga di Surabaya, tahun 1928, hanya ada beberapa kyai Jawa Barat yang hadir. Di antaranya KH Abdurrahman Menes, Banten, KH Muhyi Bogor, KH Abdullah Cirebon, dan KH Abdul Halim Leuwimunding, Majalengka.

Namun, KH Abdul Halim memang waktu itu beraktivitas di Surabaya sebagaimana KH Idris Kamali asal Cirebon yang hadir di Muktamar kedua di kota yang sama.

Saat itu Kyai Idris tidak beraktivitas dari kota asalnya, melainkan di Jombang, karena ia merupakan menantu Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari.

Barulah pada muktamar keempat di Semarang, tahun 1929 kyai dari Jawa Barat bertambah. Selain yang disebutkan sebelumnya, kecuali KH Muhyi Bogor, hadir di antaranya KH Ahmad Dimyati Sukamiskin Bandung, KH Abdullah Kuningan, KH Abdullah Indramayu, KH Abdul Latif Cibeber Banten, Penghulu Junaidi Batavia, Guru Manshur Batavia (Jakarta),

Serta KH Abdul Aziz Cilegon (Banten), Abdul Khair Cirebon, KH Dasuqi Majalengka dan Syekh Ali Thayib yang mewakili Tasikmalaya. Syekh Ali Thayib sebetulnya bukan asli dari Tasikmalaya.

Beliau adalah seorang ulama Timur Tengah yang sedang menyebarkan tarekat Tijaniayah, yang kebetulan tempat tinggalnya di Tasikmalaya. Beliau tinggal di kampung salah seorang pendiri NU Tasikmalaya, KH A. Qulyubi (Ajengan Unung) yang dikabarkan pengamal tarekat yang sama.

Bermunculan Cabang NU di Jawa Barat

Menurut Choirul Anam dalam buku Pertumbuhan dan Perkembangan NU, sejak muktamar keempat itu, ada sekitar 13 Cabang di Jawa Barat.

Dalam administrasi pemerintahan Hindia Belanda, waktu itu Provinsi Jawa Barat mencakup wilayah Jawa Barat sekarang, Provinsi Banten, dan DKI Jakarta.

Namun, sayangnya buku itu tak menyebutkan satu per satu Cabang NU yang ada di Jawa Barat saat itu, yang ditemukan secara pasti tanggal dan susunan pengurusnya hanyalah NU Cabang Pandeglang yang berpusat di Menes dan diresmikan HBNO sebagai Cabang NU. Hal itu ditemukan di majalah Swara Nahdlatoel Oelama.

Sementara Cabang lain seperti yang dilansir dari NU.or.id, Cirebon, Bandung, Tasikmalaya, dan Jakarta sendiri belum ditemukan data dan susunan pengurusnya.

Namun kemungkinan besar, daerah seperti Cirebon, Bandung, dan Jakarta, merupakan daerah yang ditargetkan HBNO untuk segera terbentuk Cabang NU didaerah tersebut. Hal itu terbukti bahwa daerah-daerah tersebut menjadi tempat muktamar NU yang dari tahun ke tahun semakin ke barat.

Muktamar pertama hingga ketiga di Surabaya. Keempat, di Semarang tahun 1929. Kelima, di Pekalongan tahun 1930. Keenam, di Cirebon tahun 1931. Ketujuh, di Bandung tahun 1932. Kedelapan, di Jakarta tahun 1933. Baru setelah itu tempat Muktamar NU kembali lagi ke timur. (Syaiin/RA)