Meneladani Ketabahan Ibrahim dan Ismail As

184

Meneladani Ketabahan Ibrahim dan Ismail As

Allah menginginkan hanya kepatuhan yang tersisa pada diri Ibrahim kekasihnya, hanya saja sekelas Nabi Allah pun mengalami proses untuk menempuh totalitas kepasrahan pada sang kholik. Mimpi itu berkali-kali datang untuk sebuah perintah yang tak masuk akal, juga tak manusiawi.

Sempat gamang, tetapi bukan berarti ragu dengan perintah tuhannya. Amanah tuhan harus diemban searif dan sebijak mungkin. Oleh karenanya Ibrahim sang ayah menceritakan perihal mimpinya kepada anaknya Ismail, “ya Bunayya inni aro filmanami anni adzbahuka” wahai anakku sesungguhnya dalam mimpiku aku menyembelihmu, “Fandzur madza tara” sebaiknya engkau fikirkan. Demikian kiranya Al’Quran menggambarkan dialog seorang ayah dan anak yang sedang mengalami beban yang sungguh berat.

Ibrahim tidak serta merta menggunakan otoritasnya sebagai ayah tanpa harus urun rempug dengan anaknya, meski ini adalah perintah tuhan. Ismail adalah anak yang istimewa dengan tenang ia bertutur pada ayahnya” ya abati if ‘al ma tumaru satajiduni insyallah minassobirin”. Wahai ayahku kerjakanlah perintah tuhanmu, insyllah kamu akan menemuiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Ibrahim dan Ismail keduanya adalah kekasih Allah. Maka segala cobaan yang menimpanya semata-mata karena Allah menginginkan totalitas kepasrahan pada keduanya, tanpa tercampur hal-hal yang bersifat duniawi.

Mari teladani Ibrahim dan Ismail As!!
Selamat hari raya Idul Adha.

Yoyon Syukron