Manifesto Para Penipu

1296

Oleh: Ayi Sofwanul Umam*)

“Manusia memiliki fikiran yang amat sederhana dan amat didominasi oleh kebutuhan mereka yang mendesak sehingga seorang penipu akan selalu menemukan banyak orang yang siap untuk ditipu”. Nicollo Machievelli (Robert Greene,2007:334)

Sejarah mencatat ribuan orang kurir, seorang telik sandi mati sia-sia karena salah menyampaikan informasi terhadap tuannya. kira-kira begitulah gambaran mengenai bagaimana hukuman bagi seorang yang salah dalam menyampaikan informasi, lantas bagaimana ketika justru kesalahan itu dibuat secara massif dan dilakukan berulang-ulang?

Diakui atau tidak informasi sangatlah penting bagi kita, terlebih dalam ilmu psikologi Informasi Sangat dominan mempengaruhi kesadaran manusia, terlepas informasi itu memiliki nilai kebenararan atau tidak.

Maka amatlah penting bagi kita mempelajari atau mengetahui apa itu informasi apalagi jika dikaitkan dengan fenomena modernitas saat ini, dimana teknologi informasi berperan sebagai imam besar terhadap proses interaksi kita dengan dunia. anggaplah dunia tempat hidup kita saat ini sebagai sebuah istana atau kerajaan  dan  media atau teknologi informasi adalah letak geografis kerjajaan tersebut, dengan media sosial dominan sebagai rajanya, sementara saat ini posisi kita semua sudah terperangkap di dalamnya. pilihannya hanya ada dua yaitu melakukan tindakan bodoh dengan keluar dari percaturan atau kita mengikuti irama percaturan realitas tersebut.

Saat ini kita menyadari bersama betapa hebatnya pengaruh media sosial dalam upaya merekayasa, menginfiltrasi dan mempropaganda suatu keadaan, Hingga bisa menggerakan jutaan orang. kondisi seperti inilah yang di manfaatkan kelompok-kelompok tertentu dalam menyebarkan informasi-informasi palsu hanya untuk membuat kegaduhan dan ketidak stabilan sosial. sehingga saat ini kita dapat menyaksikan sendiri sangat begitu banyak informasi-informasi palsu yang bergentayangan di dunia maya (hoax). Masalahnya kita sebagai manusia memiliki kebutuhan yang sangat besar untuk mempercayai sesuatu apapun itu, jika diming-imingi sesuatu yang baru pasti kita cenderung segera mencaplok umpan atau hal tersebut, terlepas sesuatu itu benar atau tidak.

para penipu penyebar informasi palsu atau hoax memanfaatkan media atau ruang-ruang publik sebagai ladangnya untuk berdakwah sehingga ditengah suatu kelompok kita cendrung lebih emosional dan lebih tidak mampu menggunakan akal sehat. andai penyebar berita hoax itu menyampaikan informasi kepada kita secara empat mata, mungkin kita dengan segera mungkin menggangapnya konyol. tetapi karena disampaikan nya lewat sosmed dan ruang-ruang publik di tengah gerombolan masa, kita terjebak dengan suasana didalamnya yang memberikan perhatian dengan seksama. Sialnya kita tidak menyadari bahwa informasi hoak itu disiapkan untuk orang-orang yang siap ditipu, karena para penipu tau bahwa semakin nekat dan massif dusta yang mereka buat maka kedustaan tersebut semakin meyakinkan serta bisa menjadi landasan bahkan satu-satunya sebuah kebenaran.

Para penipu ini bersembunyi dibalik semangat massa pengikutnya, gairah massa ini menjadi momok atau penyakit yang sangat menular. siapapun yang mencoba mengkritisi atau tidak sepakat atau meragukan kebenaran stetment sang penipu tersebut akan habis dibully  para simpatisan atau pengikut sang penipu. lebih jauhnya akan melahirkan sekte baru dari gerakan ini, karena berbicara sejarah atau fenomena begitulah kejadiannya. hukum bahwa seabsurd apapun isunya akan menjadi sebuah kebenaran jika dilakukan berulang dengan dukungan massa yang dominan.

realitas saat ini pertumbuhan pengetahuan sangat pesat dengan media sosial sebagai alat sosialisasinya. sehingga pada jaman modern sekarang memungkinkan massa yang agak berpendidikan jumlahnya bertambah, namun mangsa penyebar dan pengikut berita hoaxpun jamaahnya jauh berlipat-lipat jumlahnya serta perannya sangat mendominasi klaim kebenaran di media sosial tersebut,misalnya seorang profesor yang ahli dibidang A mengeluarkan statment tentang sebuah permasalahan disisi lain sang penipu juga mengeluarkan stetment berbeda dengan konteks yang sama dengan dibekali sedikit propaganda dan didukung alat propagandanya yang memadai maka akan bisa disimpulkan statment manakah yang akan populis dan dijadikan landasan kebenaran khalayak? Jawabanya bisa anda simpulkan sendiri

mengutip apa yang disampaikan Deni Ahmad Haidar “di medsos siapaun bisa jadi siapapun, tergantung keinginan”.

Maka jelas Se-shaleh apapun Manusia di dunia nyata jika di medsos di gambarkan sebagai orang munafik maka orang akan beranggapan bahwa manusia tersebut sebagai orang munafik,dan dapat di pastikan orang yang hanya mengenalnya di medsos tidak akan mempercayai setiap ucapanya, sebaliknya jika ada manusia munafik dan se-bejat apapun kelakuanya di dunia nyata jika sedikit di dandani seperti ulama dan di gambar kan sebagai orang shaleh maka orang pasti percaya dan beranggapan bahwa setiap ucapanya adalah kebenaran.

Maka dari itu Salah satu cara melawan atau menyikapi berita hoax adalah tabayyun atau konfirmasi, se karena tergesa-gesa dalam mempercayai sesuatu, manifesto sifat mudah tertipu hal inilah yang menjadikan kita sebagai objek yang haus akan informasi tersebut mudah untuk ditipu atau menjadi mangsa empuk sang penipu. Wallahu a’lam

*Penulis Merupakan  Sekertaris Umum PKC PMII Jawa Barat