GP Ansor dan Banser Siap Jihad Memerdekakan Palestina

808

Ada yang menyebut mereka ‘para penghuni bumi datar’, ‘kaum sumbu pendek’ dan atau ‘kelompok pentol korek.’ Istilah-istilah itu setahu saya disematkan kepada mereka yang mayoritas alumni aksi 212. Mereka yang–entah saya juga bingung, mau mereka apa–sepertinya memang demikian, menjadi orang yang memercayai bahwa bumi itu datar bukan bulat, mereka yang sedikit-sedikit terbakar amarah kalau menyikapi sesuatu. Mereka yang sulit menerima perbedaan.

Dan kali ini, jagat media sosial kembali ramai oleh postingan mereka yang mencoba sedang ‘meledek’ GP Ansor dan Banser yang mereka kaitkan dengan perang abdi Israel-Palestina. Bukannya berdoa dan bersatu menggalang spirit kemanusiaan, mereka justru gagal fokus, lalu memojokkan GP Ansor dan Banser. Mereka bilang begini: “Mana GP Ansor dan Banser yang suka jaga gereja, Palestina diserang tidak ada yang berani jihad.” Ya kurang lebih demikian.

Saya perlu memberi tahu, bahwa GP Ansor dan Banser itu organisasi kepemudaan yang berkah. Bukan hasil bentukan sembarang orang. Keduanya merupakan hasil dari tirakat salah satu kiai khas Nahdlatul Ulama dan pahlawan nasional yakni Mbah KH. Wahab Chasbullah. Langkah-langkah yang diinisiasi GP Ansor dan Banser adalah atas petunjuk para ulama NU. Tidak sembarangan.

Barisan Ansor Serba-guna (Banser) dibekali sejumlah keahlian. Bela diri, kepanduan, kebatinan dan kesantrian. Para pegiat Banser tidak sembarang orang. Mereka siap lahir-batin menjaga para ulama NU dan bangsa ini apapun risikonya. Sebagaimana namanya, mereka adalah para pemuda serba-guna, apa saja bisa. Mereka para pemberani, siap mengorbankan nyawa sekalipun. Dan istimewanya mereka tulus mengabdi, tidak ada honor maupun gaji.

Dan komitmen GP Ansor dan Banser dalam menjunjung tinggi nilai kemanusiaan tak pernah padam. Termasuk menyikapi konflik berdarah Israel-Palestina. Melalui KH. Yaqut Cholil Qoumas (Gus Tutut) menyatakan dengan tegas bahwa: “GP Ansor mendesak pemerintah untuk meminta PBB mengusut tuntas tindakan terorisme di wilayah Al-Quds serta mengimbau kepada seluruh kader untuk berdoa bersama demi keselamatan umat Islam Palestina.”

Itu artinya GP Ansor dan Banser siap jihad. Jihad yang tidak selalu dimaknai kekerasan dan peperangan. Salah seorang teman mengomentari ihwal konflik berkepanjangan Israel-Palestina dengan nada meyakinkan: “Mau bicara apalagi tentang Palestina? Itu perang terhadap penjajahan yang panjang. Dan – percayalah – tidak akan pernah menempatkan negara-negara Timur Tengah sebagai pembela mereka kecuali Suriah, Lebanon dan Iran.” Mengapa mayoritas Negara Timur-Tengah–terutama Arab Saudi–pada tiarap menyikapi Israel-Palestina?

Kalau benar kita mau bersatu memerdekaan Palestina dari kekejaman Israel, kita tidak cukup hanya mengecam dan gagal fokus marah-marah. Atau seperti mereka (para penghuni bumi datar, kaum sumbu pendek, kelompok pentol korek) yang justru memojokkan GP Ansor dan Banser, saya khawatir kalian akan kualat. Tentara-tentara frustasi ISIS dan sekian banyak aktivis Ormas radikal yang biasanya teriak-tetiak jihadpun, mendadak ciut, tak ada yang berani melawan kekejaman Israel. Ada apa?

Akhirnya, persoalan Israel-Palestina bukanlah persoalan sepele. Ada konflik internal Palestina di sana, ada banyak perseteruan politik global dan lain sebagainya. Mari kita berdoa bersama untuk kedamaian Palestina. Sebagaimana Paus Franciskus di Roma yang juga mendoakan saudara-saudara kita di Palestina.

Wallaahu a’lam.

Mamang M Haerudin (Aa)

Pesantren Bersama Al-Insaaniyyah, 25 Juli 2017, 09.23 WIB.