Dialog Kebinekaan : Toleransi Dalam bernegara dan beragama

1322

Oleh : Ahmad Tabrani

Keberadaan berbagai macam suku bangsa dan agama di Indonesia telah menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa Bhinneka Tunggal Ika. Sehingga, masalah perbedaan bukanlah hal yang baru bagi masyarakat Indonesia karena memang Indonesia adalah negara yang plural dan multikultur.

Kita mencatat bahwa pada sebagian kalangan masyarakat sudah mempraktekkan corak pergaulan yang ramah terhadap kemajemukan. Tapi disisi lain, kemajemukan sudah sering menjadi sumber konflik, baik itu konflik antaretnis maupun antar agama, yang lambat laun akan memecahkan NKRI Meski kata “toleransi” senantiasa digaungkan dan didorong untuk dipraktekkan, pemaknaannya bagi sebagian kalangan masih sebatas menghargai orang lain hanya sebagai formalitas dalam pergaulan (tidak dilakukan sebagai sikap hati).

Dengan memperhatikan hal-hal di atas, Keluarga Mahasiswa Al-Hikamusalafiyyah (KAMALIYAH) Se-Bandung Raya. memandang telah tiba saatnya bagi kita untuk mulai memberi pemahaman sikap bernegara dan bewragama itu seperti apa kepada generasi muda, sejak usia dini. mereka akan lebih menghormati perbedaan.

Dialog mengenai Toleransi dalam bernegara dan beragama merupakan salah satu sarana untuk sharing pengetahuan di antara Ulama dan Pemuda. Kegiatan ini diharapkan akan mendorong terwujudnya cita-cita terciptanya keharmonisan dalam dunia yang majemuk. Ini Melibatkan tiga Narasumber, yang pertama kang Deni Ahmad Haidar, Tni Krismanto S.Pd,(Kasdim Purwakarta) dan guru kita semua KH. Adang Badrudin (Abah Cipulus). Dilaksanakan di PP. Al-Hikamussalafiyah, Cipulus ,Wanayasa, Purwakarta.

Menurut Kang Deni A Haidar sebagai narasumber pertama“Kita bangsa yang satu, tidak boleh kita melawan takdir Tuhan itu. Ini bukanlah persoalan benar atau tidak benar, tetapi ini adalah masalah yang tertanam dalam jiwa kita masing-masing yang di dalam nadi mengalir darah Indonesia. Kesamaan dalam kebangsaan ini, lanjutnya, mengharuskan kita bertanggungjawab untuk dengan hati-hati merawatnya dan sabar menambal setiap keretakan karena perbedaan dan memerangi setiap apa yang berpotensi memecah belahnya. Tujuan bersama dari seluruh anak bangsa yang sangat banyak perbedaannya ini adalah untuk mewujudkan kemaslahatan umum, yaitu kesejahteraan, kebaikan dan keadilan tanpa kecuali yang meliputi segenap bangsa Indonesia.

Untuk meraih tujuan ini menurutnya, diperlukan kematangan jiwa kebangsaan (nasionalisme) dari kita semua, selain tentu butuh pengelolaan yang super kuat. Karenanya, solidaritas kemanusiaan dan kemauan untuk belajar hidup bersama dengan menjunjung tinggi keadaban harus terus menerus diperjuangkan. Kemudia beliau memberikan konsep hidup :

1. Berdoa yang baik
2. Bercita2 yang baik
3. Bekerja yang baik

Dari konsep tersebut beliau mengatakan harus selalu serasi. Dunia ini milik pemenang bukan milik pecundang.
Menurut KH. Adang Badrudin (Abah Cipulus) sebagai Narasumber kedua “ketika sebuah negara ini berkah dua poko ini harus lah ada yang pertama Iman, dan yang kedua amal sholeh, ketika kedua pokok ini 50% maka keberkah negaranya sama. Kemaslahatan Agama itu ada 8 poin beliau mengutarakan :

1. menjaga iman, ini seperti tercantum dalam pancasila yakni “Ketuhanan yang maha Esa.
2. mejga syariat
3. menjaga Aqal
4. menjaga badan
5. menjaga kehormatan
6. menjaga harta
7. menjaga keturunan
8. menjaga negara

Yang paling di garis bawahi beliau mengatakan negara melalui sektor mana saja karena menjaga negara bukan milik aparat saja, pemerintah saja tapi milik warga Indonesia termasuk warga warga NU. Jadi dari delapan uraian diatas beliau akan senantiasa menjaga keutuhan NKRI.

NKRI HARGA MATI.

Menurut Krismanto S.Pd,(Kasdim Purwakarta) seabgai Narasumber terakhir, mengatan”Indonesia Kuat karena kebineka tunggal ikaan(toleransi). Sikap toleransi, sikap kesetaraan, serta sikap menghargai kemajemukan merupakan jiwa dan nilai utama Bernegara. Menjadikan Negara kuat, tangguh, makmur dan bersatu dalam tatanan bermasyarakat.

1. Kebersamaan

Kebersamaan adalah salah satu kata yang mempunyai makna serta arti yang sangat indah, siapapun orangnya bila mendengar kata “ kebersamaan” pasti tersentuh hatinya, pasti ingin merasakan arti sebuah “ kebersamaan”. Kenapa kebersamaan itu begitu bermakna, karena dengan kebersamaan apapun yang kita dambakan jelas akan terwujud. Sebuah Keluarga yang berjalan diatas kebersamaan insya Allah akan mencapai apa yang di cita-citakan, Negara yang didirikan dan dibangun atas dasar kebersamaan pasti akan tercapai apa yang menjadi tujuannya, jelas dengan adanya sebuah kebersamaan semua yang didambakan oleh manusia akan tercapai, yakinlah tidak ada satupun manusia didunia akan berhasil mencapai tujuannya tanpa adanya kebersamaan.

2. Persatuan

Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam prinsip Persatuan Indonesia adalah:
Bangga pada negara-bangsanya atas kondisi yang terdapat pada negara-bangsanya serta prestasi-prestasi yang dihasilkan oleh warganegaranya.
Cinta pada negara-bangsanya serta rela berkorban demi negara-bangsanya.

3. Senasib seperjuaangan

• Dalam mengambil keputusan
bersama diutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat. Win win solution dijadikan acuan dalam mencari kesepakatan bersama. Dengan cara ini tidak ada yang merasa dimenangkan dan dikalahkan.

•Dalam mencari kesepakatan bersama tidak semata-mata berdasarkan pada suara terbanyak, tetapi harus berlandasan pada tujuan yang ingin diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setiap keputusan bersama harus mengandung substansi yang mengarah pada terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia serta terwujud dan kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

•Tidak menerapkan prinsip tirani minoritas dan hegemoni/dominasi mayoritas. Segala pemangku kepentingan atau stakeholders dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dilibatkan dalam penetapan kebijakan bersama sesuai dengan peran, kedudukan dan fungsi masing-masing.

•Mengacu pada prinsip politiek-economische demokratie (Bung Karno), bahwa demokrasi harus mengantar rakyat Indonesia menuju keadilan dan kemakmuran, sociale rechtvaar–digheid.

Cipulus, 09 januari 2016