Abu Tholib Mendapat Tempat Terbaik Disisi Alloh SWT

59

Oleh : Husni Aziz M M
(Peserta Pengajian Kitab Aswaja; Rijalul Ansor di Ponpes Al-Hikmah Mugarsari)

Kita semua tahu, sampai akhir hayatnya Abu Tholib tidak mengikrarkan diri menjadi muslim. Artinya, dia tetap dalam agama leluhurnya (bukan Islam), karena pemegang kendali manusia mendapat hidayah Islam atau tidak, hanya Allah SWT.

Tapi, Kita pun tidak menyangkal kepribadiannya yang jujur, sholeh, memiliki solidaritas sosial tinggi serta loyalitasnya menjungjung tinggi nilai-nilai Kemanusiaan.

Bukankah dia yang berjasa besar dalam melindungi Jungjunan agung kita Nabi Muhammad SAW, sehingga terselamatkan dari ancaman-ancaman yang akan mencelakakannya, berkat jasa Abu Tholiblah, Nabi Muhammad SAW dapat leluasa terus menyebarkan Islam.

Atas apa yang Abu Tholib kerjakan itulah, Allah SWT memberi tempat terbaik disisiNya (bukan di akhirat) dengan cara Allah mentakdirkan umat Islam mengakui jasa-jasa besarnya, Allah jauhkan Abu Tholib dari hina-hinaan sepeninggalnya.

Lihatlah betapa Allah menjaga nama baiknya dari lisan-lisan para Da’i di mimbar-mimbar saat menjelaskan kisah perjuangan Rasulallah SAW. Tak pernah kita dengar para Da’i menghujat, menghina Abu Tholib dalam ceramahnya, berbeda ketika mereka menjelaskan nama Abu Jahal atau Abu Lahab, begitu dihinakannya mereka.

Sejarah juga mencatat Ibnu Muljam yang Islam dari lahir bahkan ahli ibadah, tapi hilang dari hatinya nilai-nilai kemanusiaan, karena terbalut egoisme, merasa benar sendiri, namanya tercoreng, terhinakan, dia tidak mendapat tempat terbaik di hadapan Allah SWT baik di dunia apalagi di akhirat.

Syukur kita panjatkan sebesar-besarnya kepada Allah SWT, jika kita telah diberi ni’mat Iman dan Islam. Jika terlalu jauh dan sulit meneladani Uswah Rasulallah SAW sepenuhnya, maka belajarlah dan teladani sikap humanisnya Abu Tholib yang bukan Islam. Jangan mengikuti, apalagi meneladani Islamnya Abdurrohman Ibnu Muljam. Wallohu ‘alam.