Terimakasih Ansor-Banser, NKRI Harga Mati !!!

1070

Oleh : Vinanda febriani
Maraknya aksi provokatif di negri ini sudah sangat keterlaluan. Ditambah banyaknya berita-berita miring yang tidak benar adanya (HOAX) membuat mereka yang awam seakan ikut geram dan terpancing emosionalnya sehingga banyak menimbulkan perselisihan.

Inilah yang menjadi tantangan terberat negri ini. Yakni perpecahan dan konflik dari dalam. Seperti yang pernah di utarakan Pahlawan pendiri bangsa ini sekaligus Presiden kita pertamakali ” Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, Perjuanganmu akan lebih sulit karna melawan negaramu sendiri” IR. Soekarno.

Yang dapat kita saksikan saat ini apa yang dikatakan sang “Founding father” itu benar terjadi di Indonesia saat ini. Banyak perlawanan dari dalam, kita sesama Warga Negara Indonesia saling mencaci-maki, mengolok-olok bahkan hingga memfitnah entah itu dalam aspek politik, keagamaan perbedaan, ahh.

entahlah banyak sekali kasus perseteruan dari dalam negri ini sendiri. Dahulu, pak karno dan pejuang 45 lainnya bersatu melawan penjajah, dengan semangat membara yang didasari dengan tekat bulat kuat serta semangat persatuan inilah yang sebenarnya mampu menjadi kekuatan para pejuang 45 ini melawan kolonial Belanda.

Seperti yang telah terjadi saat ini Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang berusaha mendeklarasikan bendera dan ideologi khalifah di berbagai sudut daerah di Indonesia. Jelas hal itu ditolak mentah-mentah oleh pasukan Ansor-Banser karna dianggap sangat berbahaya terhadap masa depan bangsa ini.

Tak cukup hanya Ansor-Banser saja yang menolak, Aparat daerah hingga Provinsi pun juga ikut menolak sebab ideologi yang mereka bawa tidak sesuai dengan idologi 4 pilar bangsa ini. Mereka beranggapan bahwa Pancasila dan Burung Garuda (Lambang ideologi NKRI) merupakan Thoghut, sehingga tidak boleh ada di negara ini.

Seperti penggalan kata yang pernah saya dengar dari Al-Habib Habib syech bin Abdul Qadir As-Segaf “Wong pinter neng kepinteren (Orang pintar yang terlalu Pintar)”. Mereka merumuskan filsafah ideologi bangsa ini tanpa harus memperdalam kajian serta pemahaman terhadapnya.

Saya rasa mereka harus kembali duduk memakan bangku tingkatan Sekolah Dasar (SD) kelas 4 semester pertama mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PPKN) .

Dimana akan dikaji dan dijelaskan mengenai dasar filsafah Negara dan pencerminan sikap “Patriotisme dan Nasionalisme” saya rasa hingga SMA kedua itu selalu dikaji dan dipraktekkan.

Sikap Patriotisme merupakan ciri sikap dimana kita sebagai warganegara Indonesia yang baik diharuskan untuk selalu bersikap Patriotisme yakni menghargai jasa pahlawan pejuang kemerdekan negara ini.

Seperti penggalan pidato “Founding Father” kita yakni Ir Soekarno “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya” dan rumusan “Jas merah (Jangan sekali-kali melupakan sejarah)”, bagaimanaa perjuangangan seseorang akan dihargai, ketika dirinya tidak bisa menghargai jasa dan perjuangan orang lain.

Sehingga ketika menganyam bangku pendidikan formal kita diharuskan mengadakan upacara bendera pada hari senin pagi sebelum bel masuk sekolah. Didalam prosesi upacara, ada proses pengerekan bendera Merah putih dimana bendera tersebut dikerek dan digantungkan pada tiang setinggi mungkin.

Menurut filosofi saya, hal itu berarti cita-cita mereka sebagai pelajar indonesia ini berani dan suci yang akan digantungkan setinggi mungkin sehingga mereka berlomba-lomba untuk meraihhnya. Sementara itu kita harus hormat kepada sang Merah Putih tersebut supaya nantinya cita-cita merekan nantinya merupakan cita-cita yang terhormat.

Selain Patriotisme, kita juga di haruskan untuk bersikap Nasionalisme, mencintai NKRI. Seperti syiir Mars Syubanul wathon, ijazah dari Kh. Maemon zubair yang merupakan karya dari Kh. Abdul Wahab Hazbullah. Di salah satu syiir tersebut terdapat penggalan kalimat “Hubbul wathon minal iman” yakni Cinta tanah air merupakan sebagian dari iman.

Pertanyaannya, sejauh mana para Hizbut Tahrir melaksanakan ke-dua sikap tersebut?. Saya yakin kalau di kehidupan mereka di terapkan kedua sikap tersebut mereka jauh lebih tenang dan nyaman. Masa sih kalahdengan anak SMA ?

Jadi, tidak ada masalah ketika tiba-tiba pasukan Ansor-Banser beserta Aparat Negara turun ke jalan menolak aksi deklarasi Hizbut Tahrir yang ingin merongrong dan mengganti idologi NKRI dengan idologi pemahaman mereka.

Sebenarnya boleh saja mendeklarasikan hal semacam itu, namun jika sampai ideologi negara ini yang diganti, maka bersiaplah berhadapan dengan aparat negara. Seharusnya Pemerintah pusat tegas dalam hal ini, hal ini tidak boleh menjadi hal sepele.

Bayangkan saja sebuah rumah yang dihuni suatu keluarga, ada Tamu lain yang masuk dan mengobrak-abrik rumah, apakah pemilik rumah hanya diam saja tanpa tindakan?

Pemerintah harus sergap menangani kasus ini. Jangan ada pelegalan Lembaga oknum apapun yang didalamnya ada hal yang bertentangan dengan ideologi dan filsafah Negri ini.

Saya ucapkan banyak terimakasih kepada Ansor-Banser yang selalu siap sergap dengan berjuta keikhlasannya membantu menegakan keamanan dan kenyamanan bernegara. Tak luput juga Aparatur negara yang berwenang menngatur jalannya sistem hukum bernegara.

Semoga kedepannya NKRI menjadi negara yang Aman, nyaman, tentram dan damai.
Gimana nih yang sejak kemarin menghina Ansor-Banser dalam proses penolakan serta pembubaran deklarasi Hizbut Tahrir?. Jadi harus bangga dong punya suami seorang Banser, Negara saja dijaga apalagi kamu?.

Terimakasih, salam Satu komando dibawah Bendera Merah Putih. Tak ada dalil untuk mencintai NKRI karna Hubbul Wathon Minal Iman.

NKRI HARGA MATI!!! #Bubarkan HTI !!

*Penulis merupakan Siswi kelas 10 MA MA’ARIF Borobudur sekaligus Anggota PAC IPPNU Borobudur