Pesan Indah Abdullah Wong Tentang Maulid

914

MEMPERINGATI Maulid Nabi Muhammad SAW kini tengah dilaksanakan hampir di seluruh pelosok desa Negeri ini, sebuah ekspresi ummat atas cintanya mereka pada nabi akhir zaman ummat muslim di dunia. Namun kerap kali ibadah khas Islam Indonesia tersebut dipandang sebagai tindakan syirik bahkan lebih keji dituduh yang melaksanakannya adalah kafir dan pantas masuk neraka.

Dalam kesempatannya memberikan tausiyah di Dukuh Jeruk Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu Minggu (11/12) lalu, Pengurus Pusat Lesbumi PBNU Kyai Muda Abdullah Imam dengan sangat apik membeberkan bagaimana substansi memperingati hari lahir Nabiullah Muhammad SAW.

Pria yang akrab dengan sebutan Abdullah Wong itu menjelaskan,senada dengan mauled ada amaliyah warga muslim nusantara berupa menggelar syukuran rutin setiap tahun yang disebut haul yang biasanya diperingati dengan tahlil dan tawasul.

Haul sangat penting menurut pria yang juga budayawan dan seniman terkemuka Indonesia itu, karena diantara strategi bangsa-bangsa lain atau bangsa luar untuk menghancurkan negeri ini yang paling mudah adalah dengan melupakan asal-usulnya, karena jika dihapuskan tanpa disadari akal melemahkan warga Negara Indonesia dengan segala identitasnya.

“Bahkan Korea, harus menyusun sejarah ulang bahwa masa dahulunya adalah kerajaan besar untuk kemudian dijadikan kebanggaan anak cucunya saat ini. Untuk itu jika kita lupakan silsilah dan leluhur kita untuk menjadi uswah atau teladan, kita sudah tidak punya pegangan lagi,” terangnya.

Di kampung-kampung ada banyak sekali kiai tapi tidak sedikitpun pernah tahu siapa silsilahnya dan keturunannya dan bagaimana perjuangannya dahulu, sehingga muncul sosok yang  kekiai-kiaian keustadz-utadzan dengan kursus jadi ustadz selama dua pecan saja, akan tetapi masyarakat menjadi gampang mengikutinya.

“Itulah akibat kita tidak mengetahui akar sejarah atau silsilah masyayikh atau guru-guru kita. Selain itu pentingnya haul adalah kita menghidupkan generasi dimasa yang akan dating, karena akan sangat tidak enak kita sebagai orang tua tidak dikenal oleh anaknya sendiri, teman atau sahabat tiba-tiba tidak dikenali sahabatnya sendiri saja akan sangat menjengkelkan rasanya,” bebernya.

Selanjutnya, pria berambut gondrong itu menyebutkan, terkait Maulid Nabi Muhammad SAW yang diperingati setiap tahun, adalah untuk mengingatkan seluruh ummat muslim akan kelahiran nabi dan rosul akhir zaman, seperti peringatan kemerdekaan adalah sebuah cara untuk mengingat bagaimana perjuangan para pahlawan.

‘Begitu juga maulid nabi agar kita kembali diingatkan bagiamana perjuangan Rosulullah Muhammad SAW, agar segala tindak tanduk dan laku kita sebagai manusia bisa diperbaiki karena mengingat ada manusia agung yang dilahirkan membawa cahaya, nabi adalah matahari nabi adalah rembulan yang menyinari bumi dengan hidayah, anta samsun anta badrun anta nurun fauqo nur. Apa peringatannya kepada kita, yaitu  kita harus tahu bagaimana ajarannya,’ tuturnya.

Dengan cantik ia juga menganalogikan, diantaranya kenapa harus ada 4 kartu as jika ingin menang bermain kartu remi, sama di dalam hidup kita juga, as yang pertama adalah asyhadu an lailaha illallah waasyhadu anna muhammadan rosulullah. ‘Yaitu syahadat tauhid dan syahadat rosul. Syahadat tauhid adalah prinsip ajaran Islam yang dibawa sejak oleh Nabi Adam As sampai kepada Nabi Muhammad SAW,’ bebernya.

Mengamalkan perkara tauhid itu sulit, orang yang ngaji tauhid menurutnya belum tentu amaliahnya tauhid, salah satunya adalah, kalau menyatakan pribadi sebagai manusia bertahid prinsipnya adalah kesadaran bahwa tiada tuhan kecuali Allah SWT.

‘Dalam surat Al-fatikhah dijelaskan dalam ayat iyyaka na’budu waiyyaka nastaínu, padahal bisa saja redaksinya na’buduka wanastaínuka tapi dari kalimat itu yang di spesialkan adalah kitanya, sementara Allah SWT ingin memberitahukan bahwa hanya Ia lah yang maha segalanya, kalau na’buduka dan nasta’inika bisa saja ka nya bukan Allah SWT,’ kata dia.

Selanjutnya, segala tradisi yang baik harus dilestarikan, karena tradisi adalah segala macam laku manusia yang didalamnya muncul kesadaran pada sang pencipta atau kesadaran ilahiyah. ‘Prinsipnya tradisi adalah keluhuran,’ ucapnya.

Menurutnya, bahasa adalah produk budaya, sehingga menyampaikan artikulasi pesan-pesan agama dan tauhid juga bisa dengan menghormati tradisi budaya dan kearifan lokal di wilayahnya.

Untuk itu, Rahmatan lilalaminnya rosulullah adalah kesadarnnya juga lokalitas, seperti kita lahir sebagai lelaki perempuan di jawa Sumatera Bali Brebes Indramayu Cirebon dan lainnya, itu semata-mata bukan keinginan pribadi sebagai manusia.

‘Itu artinya kita tidak perlu menjadi orang lain, seperti Indonesia harus mengikuti arab, Jawa harus dipaksa mengikuti Sunda dan lainnya, biarkan kekayaan yang ada menjadi dirinya, abadi menjadi Indramayu, menjadi Cirebon menjadi Brebes dengan segala kekayaan tradisi dan budayanya,” jelasnya.

Begitu juga menurut Wong, ada keturun Cina, Arab dan yang lainnya di Indonesia, ia berpesan jangan menjadikannya sebagai ajang atau alat melakukan permusuhan diantara satu dengan yang lainnya.

‘Jangan jangan Allah SWT sedang memberitahukan kepada kita bahwa kita akan mengetahui diri sendiri dengan dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan atau di desa dan wilayah tertentu, karena kenali dirimu maka kamu akan mengenal tuhanmu,’ kata dia.

Melihat peradaban Indonesia jangan hanya melulu bicara aspek politik sosial dan budayanya saja akan tetapi juga harus mengakui keanekaragamannya dan letak geografisnya juga. Untuk itu jika ingin mengatahui Indonesia secara utuh janganlah bicara ansih menyebut budaya Indonesia saja akan tetapi berbanggalah menjadi dan menyebut dimana pribadi warga Negara dilahirkan secara lokal.

‘Rosulullah lahir di mekah, maka kesadarannya adalah kesadaran mekah, ia tidak akan mengadopsi daerah yang lain. Untuk itu mencintailah sesamanya seperti Rosulullah Muhammad SAW mencintai siapapun,’ tandasnya.

Diakhir ia menyebutkan In kuntum tuhibbuunallaha fattabiuni yukhbibkumullah, jika kita semua cinta kepada Allah SWT maka cintalah kepada rosul atau ikutilah apa yang dilakukan kanjeng Nabi Muhammad SAW. (rohman)