NU Tanpa Pesantren Nothing

144

BANDUNG – Nahdalatul ulama (NU) merupakan organisasi kemasyarakatan (ormas) terbesar di Indonesia bahkan di dunia. Peran dan kiprahnya seringkali menarik perhatian terutama pejabat publik.

“Nahdlatul ulama merupakan pelembagaan dari kumpulan-kumpulan pesantren se- Nusantara. Tradisi agung (The Great tradition) NU berada pada komunitas pesantren. Karena itu, bebicara NU tanpa pesantren tidak ada maknanya”, kata KH.Dr. Marzuki Wahid dalam Seminar Jurnalisme Pesantren PW GP Ansor Jawa Barat di Gedung Dakwah PWNU, Jl. Terusan Galunggung Kota Bandung, Jum’at (09/09/2016) siang.

Lebih lanjut, sekretaris PP Lakpesdam NU ini menjelaskan, walaupun secara kelembagaan NU tidak secara langsung melakukan kaderisasi, namun NU tetap hidup dan kokoh melampaui situasi dan massa.  “Sepengetahuan saya sebagai aktivis NU, kaderisasi NU baru dilaksanakan pada saat Pak Kyai Said Agil menjadi Ketua Umum PBNU periode pertama. Tapi kenapa NU itu besar? padahal tidak melakukan kaderisasi. NU besar karena penopangnya adalah pesantren”, paparnya.

Menurut Marzuki Wahid, berbicara pesantren itu seperti miniatur Indonesia. Dan juga pesantren bagian tidak terpisahkan dari pendirian Indonesia. “Tidak bisa dibayangkan,ketika masa penjajahan zaman dulu kalau tidak ada pesantren diberbagai pelosok negeri ini, apakah penjajah akan enyah dari bumi nusantara ini atau tidak. Tetapi nasib pesantren saat ini menjadi ironis. Siapa yang memperjuangkan dan siapa yang menikmati. Dulu TNI dan polri belum ada. Tetapi seolah-olah adalah mereka yang paling berjasa. Bahkan dalam historiografi Indonesia, yang menjadi pahlawan adalah tentara dan polisi. Para kyai baru belakangan ditetapkan sebagai pahlawan nasional itupun setelah ada desakan dari rakyat” Ungkapnya. (M.Ramdhani)