Nguri-Nguri Ansor di Wilayah Timur Indonesia

131

Oleh : Ruchman Basori
(Ketua Bidang Kaderisasi Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor)

Dua malam berturut-turut bersilaturrahim dengan kader Gerakan Pemuda Ansor Sulawesi Tengah. Malam pertama, Jumat (1/12) dipertemukan dalam acara Sarasehan Kader Ansor Pimpinan Wilayah Ansor Sulawesi Tengah di Warkop Ansor. Malam kedua, Sabtu (2/12) dengan sahabat-sahabat Pimpinan Cabang Ansor Parigi Motong 2 jam perjalanan dari Kota Palu. Saya lakukan disela-sela kegiatanku menyambangi para mahasiswa Bidikmisi di IAIN Palu untuk sebuah acara Pelatihan soft skill.

Kedatanganku sebelumnya pada tahun lalu mendampingi mereka di acara Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL) Ansor PW Sulteng. Bagi saya ini sebuah kebanggaan dan kesempatan, bisa bertemu dengan ratusan kader di wilayah timur, yang dalam banyak hal membutuhkan perhatian serius. Kebanggaan menjadi Islam ala Aswaja an-nahdliyah perlu ditumbuhkan, sosialisasi gagasan dan program harus terus dilakukan dan koordinasi serta konsolidasi gerakan harus dikuatkan. Apalagi dizaman hoax dimana NU menjadi sasaran fitnah terus-menerus.

Ansor ibarat gadis cantik kini menjadi lirikan dan harapan banyak para pemuda untuk meminangnya. Menarik karena banyak hal diantaranya, paham keagamaannya moderat, toleran dan terbuka. Siapapun anak bangsa ini merasa nyaman berdekatan dan menjadi bagian dari Ansor. The outher (yang lain) bagi Ansor bukan harus dicurigai dan dimusuhi, namun menjadi sahabat dan kawan untuk saling merendra dan bersinergi membangun masa depan Indonesia. Islam dipahami oleh GP Ansor sebagai pembawa rahmat dan kasih sayang bagi semua.

Daya tarik kedua adalah komitmen GP Ansor untuk memperjuangkan dan menjaga NKRI dan Pancasila. The founding father para ulama NU sudah menetapkan bahwa Pancasila adalah menjadi sesuatu yang final. NKRI mutlak dipertahankan menjadi sesuatu yang harga mati. Siapapun yang akan mengganggu Pancasila dan keutuhan NKRI Ansor akan berdiri di depan. Anak muda Aswaja ini sudah terbukti perannya menjaga ruh keindonesiaan, menjaga nation state yang didirikan diantaranya karena peran ulama nusantara. Kerananya, komitmen ini menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi mereka yang ingin menjadikan Indonesia rumah bersama dengan bangunan pluralisme dan kebhinekaannnya.

Daya tarik lainnya yang khas adalah Ansor menjadi organisasi sebagai pengawal ulama. Hal ini telah menjadi prinsip dan nilai-nilai yang terus diperjuangkan. Ansor-Banser adalah disamping penjaga NKRI juga penjaga ulama. Tidak heran jika ada ulama dan kyai NU dihina dan difitnah, maka Ansorlah menjadi pihak yang pertama membelanya. Karena bagi Ansor membela ulama adalah sebuah kewajiban dengan landasan teologisnya yaitu sebagaimana diajarkan dalam Islam, al-ulamaau waratsatul anbiya. Sebagai pewaris para nabi, harus dijunjung tinggi dan dimuliakan, karena melalui ajaran, bimbingan dan arahan para ulama, anak muda Ansor ini mengerti bagaimana membangun bangsa dan negara seiring dengan pengamalan agamanya. Bagaimana bernegara dengan baik juga ber-Islam dengan baik itu diajarkan oleh para ulama.

Daya tarik lainnya yang menjadikan publik bersimpati kepada Gerakan Pemuda Ansor adalah kepandaiannya meramu antara Islam dan budaya lokal. Mampu didialogkan dan berdialektika secara apik antara ajaran Islam dan nilai-nilai lokal sebagai manifestasi Islam khas Indonesia. Wujudnya adalah Islam nusantara yang memandu bagaiana menempatkan kita sebagai orang Indonesia di satu sisi dan warga muslim di sisi lainnya. Ini adalah yang diajarkan ulama termasuk yang pondasinya telah diletakan oleh Walisongo penyebar Islam di Indonesia.

Walisongo tidak membrangus budaya dan tradisi lokal yang ada dan serta merta menggantinya dengan ajaran Islam, namun diramu dan berjalan saling mengisi. Model dakwah dengan seni budaya wayang, gamelan, dan idiom-idiom budaya nusantara menjadi contoh nyata akan karya walisongo ini. GP Ansor kini bertugas mendesiminasikan model dan langgam dakwah Walisongo yang dalam banyak kajian dirasa pas dan cocok untuk masyarakat di nusantara.

Saya yakinkan kepada para kader di wilayah Indonesia Timur, jangan ragu untuk ber-NU dan ber-Ansor dengan ajaran, nilai dan tradisi keagamaan yang selama ini kita yakini. Inilah yang menjadikan kita kuat dan tidak lapuk dimakan zaman. Kita menjadi kekuatan yang banyak diperhitungkan, bukan karena banyak uang dan cengkeraman kekuasaan, tapi karena kita mampu memerankan diri sebagai warga bangsa dan umat Islam yang baik ditengah-tengah pluralitas. Malah sebaliknya, GP Ansor senantiasa dinantikan kehadirannya oleh bangsa ini ditengah gempuran pihak lain yang memperjuangkan idiologi Islam radikal. Komitmen keagamaan, kebangsaan dan kemasyarakatan Ansor NU sudah benar untuk memandu umat dan masyarakat menjadi Indonesia yang lebih baik.

Bahkan di saat saudara-saudaranya sibuk dengan reuni gerakannya, GP Ansor dibeberapa daerah sibuk membantu saudara-saudaranya yang sedang dilanda musibah tanah longsor dan banjir. Darah dan nyawa diberikan demi ibu pertiwi yang telah melahirkan.

Kemandirian organisasi yang menjadi konsen Ketua Umum Yaqut Cholil Qaumas (Gus Tutut), tidak lupa saya sampaikan. Dengan jumlah kader 1,7 juta tersebar di 33 PW dan hampir 500 Cabang dan mempunyai struktur sampai ranting di desa-desa menjadi alasan yng kuat agar Ansor menjadi organisasi mandiri. Dengan kemandirian Ansor akan tetap nyaring menyuarakan kebenaran, keadilan dan melawan keterbelakangan.

Ansor App, Sorban Nusantara, Ansor Bussines School dan pelatihan kewirausahaan serta jaringan-jaringan Ansor dengan lintas kelembagaan adalah diantara contoh membangun kemandirian Ansor. Ansor di wilayah timur semoga makin eksis menjadi medan perjuangan dan medan khidmah untuk bangsa dann negara yang kita cintai.

Bandar Udara Palu, 3 Desember 2017