UIN Sunan Kalijaga Raih Emas Cabang Seni Puitisasi Al-Qur’an PIONIR IX 2019

65

UIN Sunan Kalijaga Raih Emas Cabang Seni Puitisasi Al-Qur’an PIONIR IX 2019

Malang-Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta meraih emas untuk cabang seni Puitisasi AL-Qur’an pada PIONIR ke IX tahun 2019 di Malang. Acara Grand Final diselenggarakan di hall Lippo Plaza Kota Batu, Rabu (17/07). Fida’ulmu Fidah mahasiswa semester lima Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berhasil menyisihkan 40 peserta puitisasi Al-Qur’an lainnya. Fidal panggilan akrab sehari-hari membacakan puisinya yang berjudul Hakekat Kesempurnaan Puitisasi Al-Qur’an surah At-Tiin. Mahasiswi kelahiran Sragen, Juni 1999 ini merupakan anak pertama dari 5 bersaudara pasangan dari Fathoni/Eryanti Widyaningsih. Bakat dan jiwa seninya telah tumbuh berkembang sejak ia duduk dibangku sekolah. Bebrapa prestasi yang pernah diraihnya adalah juara 2 baca puisi online Nasional puisi menolak korupsi ke-53 tahun 2019 dan juara 3 baca puisi festival sastra universitas Gadjah Mada tahun 2019. Menurut Fida ia selalu berlatih dan terus berlajar tanpa bosan untuk memantapkan diri tampil diajang PIONIR ini. Saya tidak pernah bosan dan berhenti belajar meskipun telah mendapatkan emas saat ini. “Ini semua berkat doa dan support dari seluruh pihak baik orang tua, pimpinan kampus dan para pendamping saya”, jelas Fida. Fida berharap semoga kedepan bisa berkarya lebih baik lagi dan dapat membahagiakan kedua orang tua, bangsa dan negara. Juara kedua diraih oleh Agustina Dwi Safira IAIN Surakarta, juara ketiga Alfiansyah UIN Palembang, juara harapan satu Isqi Karomah Kusuma UIN Syarif Hidayatullah, harapan II Risma Amelia IAIN Syeikh Nurjati Cirebon dan harapan ketiga Mariani STAIN Tengku Dirundeng Meulaboh. Hakekat Kesempurnaan Puitisasi Al-Qur’an surah At-Tiin. Ketika Tuhan berkenan mencipta segala ciptaan antara ciptaan yang satu, dengan ciptaan lainnya telah ia takar dengan kadar yang tak akan pernah tertukar serupa perupa yang tak akan pernah kehilangan warna atau pemahat yang piawai menakhluk lekuk demi lekuk, organ demi organ hingga tercipta insan-insan dalam rahim-rahim perempuan yang siap untuk dilahirkan hitam hitam hitam, putih putih putih hitam-putih, hitam-putih, hitam putih mata yang terbuka menembus angan-angan yang senantiasa dibuntuti bayang-bayang meski firman Tuhan telah jelas menegaskan tanpa sedikit pun setitik pun keraguan maka cukuplah kesaksian tin, zaitun, sinai, dan Makkah Al-Mukarramah atas keadilan hukum Tuhan dalam mengiring dan mengiringi jalan pulang ke tempat peneduhan juga dalam tempat yang rendah dan dihinakan sebab sebagai makhluk yang paling sempurna manusia kerap alpa menyempurnakan hatinya.(Alip/RB)