Yaqut Cholil Qoumas,

117

Saya mengenal manhaj berfikirnya sejak awal 2003. Penglihatan saya, “butiran mutiara” dan tokoh nasional ini selalu tegak lurus dan siap berdarah-darah ketika meyakini kebenaran atas yang di belanya, apalagi dalam rangka membela rakyat yang dengan sadar menjadi madhlum (dizalimi), dan ia tidak lagi melihat apa latar belakang rakyat yang dizalimi. Siapa saja! Ia pasti berada di barisan paling depan untuk membelanya. Pun hingga kini manhaj itu tidak pernah bergeser sedikitpun dari pikiran dan tindakannya.

Memang, menghadapi arus berkelok dan curam, strategi yang ia jalankan kadang berputar bahkan setelah berbelok ia behenti sejenak untuk istirahat dan ambil nafas. Tapi begitu sudah istirahat secukupnya, ia kemudian tancap gas kembali untuk mencapai tujuan utama hingga garis akhir. Apa itu? Garis akhir yang akan diraih hanya satu: Kemaslahatan bagi bangsanya yang berbeda ras, suku, budaya dan agama.

Istiqamah pada manhaj berfikir dan bertindak demikian tidak mudah, tapi manhaj itu diikatkan olehnya di sekujur tubuh tak mudah dilepas kecuali oleh dirinya sendiri. Karenanya, ketika kini ia memimpin ormas besar Gerakan Pemuda Ansor dan Kementerian Agama RI yang kita saksikan adalah tegak lurus dan derap langkah seirama dalam rangka membela kebenaran, dengan satu komando untuk kemaslahatan negeri.

Mengingatkan saya pada awal ketika “pernah satu kamar” di salah satu misi perjuangannya bertempur (2004). Waktu itu saya dkk diajak sowan abahnya (Allahu Yarham) alkarim mbah Muhammad Cholil Bisri. Pesan beliau pada kami, “Kalian harus siap menjadi mustashlih, karena Tuhan telah memberi anugerah sekecil apapun pada kalian, dan jangan bergeser sedikitpun kecuali sudah kepayahan.”
Nota:
Mustashlih berarti rekayasa berfikir dan berperilaku yang menyasar pada target utama ri’ayatul ummah, kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.
Ternyata apa yang dipesankan mbah Cholil (begitu dulu saya memanggil beliau), 2 dasawarsa lalu menjadi pegangan sang pemimpin muda itu hingga kini.

Video singkat (43 detik) ini bukti tesis kepembelaan atas bangsanya pada peristiwa “acakadul” ARMUZNA 2023, sekaligus imenggambarkan bahwa ia selalu keukeh (istiqamah) pada jatidiri mustashlih.
Ingat!
Rihlan Masya’ir (Arafah, Muzdalifah, dan Mina) sebagai sarana puncak prosesi ibadah haji itu dikelola oleh Pemerintah Arab Saudi melalui semacam perusahaan (Syirkah). Ini yang pernah saya sebut KSA angkuh dan ego, yang menurut saya, perusahaan layanan itu tidak akan maksimal melayani dluyufurrahman (para tamu Allah SWT). Dan keangkuhan itulah berakibat bahwa Pemerintah RI tidak bisa leluasa mengawal jemaah haji menjalankan puncak ibadahnya secara maksimal.

Tapi ini sudah terlewati untuk menjadi bahan evaluasi. Krodit dan lalainya perusahaan penyedia jasa ARMUZNA harus bertanggung jawab acakadulnya pengelolaan sarana jemaah haji bangsa kami. Maka wajar, jika Menag RI harus marah pada KSA, cq. Penyedia Jasa. Ini ia lakukan, semata karena tanggung jawab dan amanah pada bangsanya yang sedang berniat suci beribadah haji.

Semoga jemaah haji Indonesia mabrur, amin.

Yang saya pahami, kader bangsa yang “masih cukup muda” ini sangat patut memimpin bangsa besar Indonesia.
Doa kami untukmu:
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ

(Abu Benba)